Jelajah Lanskap Seni Kontemporer Singapura dalam Pameran Seni Urban Pulse di Orasis Art Space

Jelajah Lanskap Seni Kontemporer Singapura dalam Pameran Seni Urban Pulse di Orasis Art Space

Aiman (berkaus hitam) menerangkan karyanya berjudul #666562. Ia merupakan satu-satunya perupa Singapura yang hadir dalam pembukaan pameran Urban Pulse.-dina-HARIAN DISWAY

Jika diperhatikan dengan seksama, pola-pola yang seakan tak beraturan itu memunculkan dua perspektif. Lukisan Aiman seolah menuntun penikmatnya untuk menikmati bagian apa yang mereka pilih. 

Penyuka gurun pasir akan dapat melihat gurun pasir secara keseluruhan dalam lukisan itu. Begitu pula penyuka pemandangan danau. Masing-masing bisa dilihat secara utuh berkat permainan optik dalam bidang-bidang lukisan Aiman. Karya itu dibuat dengan cat minyak di atas media linen.

BACA JUGA:Seniman Antonius Kho Pamerkan Lukisan Robot Hewan di Solo Exhibit Artotel TS Surabaya

"Potongan-potongan bidang itu adalah gambaran alam yang diambil satu per satu. Dirangkai, diolah sedemikian rupa. Seperti menganyam. Kemudian membentuk satu citraan tertentu," ungkapnya.

"Seperti itu pula lanskap Singapura dibangun. Ada penyatuan berbagai hal. Termasuk nuansa alam dan urbanitas. Maka, karya saya dengan prinsip desain biofilik ini mencerminkan keterkaitan ekosistem alam dan perkotaan," tambah alumnus Lasalle College of the Arts Singapura itu.

Pameran Urban Pulse tersebut pada dasarnya terinspirasi dari berbagai prinsip fenomenologis yang dicetuskan Maurice Merleau-Ponty. Tentang "raga yang dihidupi". Bahwa karya seni yang disajikan akan memicu audiens untuk menyelami seluk-beluk metropolitan di Singapura.

BACA JUGA:Gelar Pameran Tunggal Lukisan Mulai Besok, Isabell Roses Wakili Rasa Penasaran Gen Z pada Tempo Dulu


Seni fotografi artistik karya Tammylyn Tuang yang memuat berbagai objek masa lalu.-Dinar Mahkota Prameswari-HARIAN DISWAY

Seperti lazimnya metropolitan, garis batas antara pribadi dan kolektif serta tradisi-modernitas akan senantiasa bergerak dalam dialektika. Berkembang dinamis dan tentu memengaruhi kultur berikut cara pandang masyarakat serta tiap individu yang hidup di dalamnya.

"Dari Urban Pulse ini kita dapat melakukan refleksi tentang kehidupan kota yang membentuk persepsi, pengalaman, dan identitas masyarakat serta individu. Termasuk warisan multikultural dan perspektif Singapura yang beragam," terang Kwok.

Karya lainnya adalah seni fotografi artistik dari perupa Tammylyn Tuang. Objek-objeknya memuat benda-benda masa lalu. Seperti kamera jadul, patung-patung dewa yang berusia tua, binokular, dan lain-lain. Ditampilkan hitam-putih dengan menonjolkan center of interest objek yang begitu kuat dengan latar hitam.

BACA JUGA:Menikmati Festival Toleransi Menyambut Bapa Suci, Kuatkan Pesan Keberagaman Lewat Lukisan

Tammylyn seolah menggambarkan kenangan terhadap barang-barang itu. Berbagai objek yang tampak biasa, namun orang di masa lalu, mungkin sebagian pengunjung, pernah mengakrabi objek tersebut. Bahwa benda-benda klasik dapat menjadi penanda budaya. Baik budaya dalam masyarakat maupun keluarga. 

Beragam karya Tammylyn berjudul The Missing Collection itu merupakan upaya refleksi tentang pentingnya kenangan. Pentingnya memori dan identitas dalam wujud berbagai benda yang kerap berkontribusi pada konstruksi budaya bahkan peradaban. Tak luput pula konstruksi diri tiap individu.

Area Director Singapore Tourism Board Surabaya Lim Si Ting menyebut bahwa pameran Urban Pulse merupakan jembatan antara visi artistik Indonesia dan Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: