Mandi Susu

Mandi Susu

ILUSTRASI mandi susu. Beberapa hari lalu para peternak sapi susu membuang hasil produksinya lantaran tidak diserap perusahaan susu. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DULU HANYA KIASAN. Untuk orang kaya yang berlebih uang. Sebab, ketika kiasan itu muncul, susu adalah minuman yang istimewa. Hanya orang kaya yang bisa menjangkaunya.

Atau, mandi susu adalah bagian dari metode perawatan kulit. Yang dilakukan para sosialita. Yang menginginkan kulitnya lebih halus dan bening. Itu banyak menjadi bagian dari layanan klinik kecantikan di perkotaan. 

Namun, kini mandi susu tak hanya menjadi kiasan. Juga bukan lagi menjadi layanan eksklusif untuk kaum berpunya. Terutama ibu-ibu kaya yang ingin kulitnya tetap bening seperti kaca. Atau, kulit putih seperti susu.

BACA JUGA:Ini Empat Jurus Mentan Andi Amran Sulaiman Respons Aksi Buang Susu Oleh Peternak, Mulai Stop Impor, Sampai Wajibkan Serap Susu Lokal

BACA JUGA:Peternak Buang Susu, Pemerintah Bekukan Izin Impor 5 Perusahaan

Seperti Anda tahu, mandi susu sudah menjadi kenyataan beberapa hari ini. Bagi para peternak sapi perah di Pasuruan dan Boyolali. Yang panenannya tak bisa diserap pabrik yang biasa membeli susu para petani itu.

Dua daerah itu memang dikenal dengan para peternak sapi susu. Biasanya mereka bergabung dalam koperasi. Yang menjadi penghubung antara peternak dan pabrik. Sekaligus yang menjadi pembina mereka.

Beberapa hari terakhir mereka terpaksa membagi-bagikan hasil susu perahan sapi mereka. Namun, karena jumlahnya banyak, tak sepenuhnya terserap kalau hanya disedekahkan. Karena itu, ada yang menggunakan untuk mandi di depan umum.

BACA JUGA:Gibran Langsung Blusukan Bagi-Bagi Susu Gratis setelah Retret Kabinet di Magelang

Tentu, itu adalah ekspresi protes. Bukan kebiasaan. Sebab, susunya tidak terserap pabrik. Setelah ada kebijakan untuk mengimpor susu dalam jumlah besar. Di Boyolali didahului dengan pengepul susu yang menyerah menutup usahanya karena terbelit urusan pajak.

Yang pasti, berbagai peristiwa yang menyangkut peternak sapi susu itu menggambarkan peta politik pangan kita. Bahwa, selama ini masih cenderung belum berpihak kepada petani dan peternak. Yang kebanyakan adalah petani dan peternak kecil.

Hampir selalu terjadi, ekosistem tata niaga hasil pertanian kita sering terganggu oleh kebijakan importasi. Yang masih hampir selalu tidak memperhitungkan kapasitas produksi nasional atau domestik. Belum lagi ditambah disparitas harga karena harga pokok produksi dalam negeri yang tinggi.

Peristiwa mandi susu itu hanya sebagian dari letupan kecil dari berbagai letupan yang pernah ada. Yang lagi-lagi selalu terkait dengan komoditas yang melibatkan petani dan peternak kita. Yang sering menjadi korban kebijakan yang parsial.

Peristiwa serupa pernah terjadi di gula, padi atau beras, jagung, kedelai, bawang merah, dan bawang putih. Yang sebetulnya menjadi paradoks dari sebuah negeri yang berbasis agraris. Yang sebagian besar penduduknya masih mengandalkan hidupnya dari sektor pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: