Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Transformasi Dialektis

Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Transformasi Dialektis

ILUSTRASI Pemimpin Indonesia Emas-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Dalam kerangka materialisme dialektis, perkembangan teknologi bukan hanya menciptakan peluang, tetapi juga menimbulkan ketimpangan baru jika distribusi teknologi dan peluang kerja tidak merata. 

Oleh karena itu, pengembangan kemampuan SDM adalah langkah untuk menghadapi kontradiksi antara kemajuan teknologi dan kebutuhan material masyarakat.

EKONOMI PANCASILA SEBAGAI JALAN TENGAH

Prabowo dan Gibran mengusulkan ekonomi Pancasila sebagai pendekatan jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme, yang memadukan elemen-elemen terbaik dari kedua sistem ekonomi. 

Dalam pandangan materialisme dialektis, pendekatan itu dapat dipahami sebagai sintesis dari dua kutub ideologis yang berusaha menjawab kontradiksi-kontradiksi yang ada dalam sistem ekonomi Indonesia. 

Ekonomi Pancasila tersebut bertujuan menciptakan swasembada pangan, energi, dan pembangunan desa sebagai landasan untuk memperkuat ketahanan nasional.

Swasembada pangan dan energi adalah upaya untuk mengatasi ketergantungan terhadap kapital internasional dan menciptakan kemandirian ekonomi yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan. 

Dengan mengembangkan industri lokal dan memberdayakan sektor-sektor ekonomi di perdesaan, diharapkan terjadi pemerataan yang memungkinkan seluruh rakyat menikmati hasil pembangunan.

KESIMPULAN

Menuju Indonesia Emas 2045 bukanlah proses yang mudah. Namun, dengan visi yang jelas, strategi transformasi yang komprehensif, dan komitmen untuk memperkuat persatuan nasional, Indonesia dapat menghadapi tantangan global dan domestik. 

Prabowo dan Gibran menawarkan pendekatan holistik yang mencakup penguatan sektor ekonomi, sosial, dan pertahanan serta peningkatan kualitas SDM untuk mewujudkan cita-cita bangsa menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Dalam perspektif materialisme dialektis, visi Indonesia Emas 2045 adalah upaya untuk menyelesaikan berbagai kontradiksi dalam struktur sosial dan ekonomi Indonesia. 

Dengan transformasi ekonomi yang adil, pembangunan berkelanjutan, dan kepemimpinan yang progresif, diharapkan Indonesia dapat mencapai kesejahteraan yang merata. 

Prabowo dan Gibran, melalui visi mereka, mengusulkan perubahan-perubahan struktural yang bertujuan menciptakan masyarakat yang seimbang antara kebutuhan material dan aspirasi kolektif. Dengan begitu, seluruh rakyat dapat berperan aktif dalam pembangunan bangsa. (*)

*)Yudi Pratama Jasin adalah mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: