10 Tradisi Tahun Baru Imlek yang Hilang
Berikut 10 tradisi dan takhayul Tahun Baru Imlek yang menghilang. --iStockphoto
BACA JUGA: Sejarah dan Makna Petasan dalam Perayaan Tahun Baru Imlek
Namun, menggunakan sapu untuk menyapu lantai, membuang sampah, atau memercikkan air pada hari itu (atau hari ke-2) dianggap membawa sial. Jadi masyarakat memilih bersih-bersih musim semi hanya pada malam Tahun Baru Imlek.
Maksudnya mengucapkan selamat tinggal pada tahun lalu yang masih menjadi adat istiadat populer, tetapi mereka tidak ingin "menyapu bersih keberuntungan tahun baru". Sekarang adat ini jarang terlihat di kota-kota, tetapi masih populer di daerah pedesaan.
7. Memberikan persembahan kepada Dewa Keberuntungan
Merupakan adat istiadat bagi masyarakat untuk memberikan persembahan kepada Dewa Keberuntungan pada hari ke-2 (di Tiongkok Utara) atau hari ke-5 (di Tiongkok Selatan) Festival Musim Semi.
BACA JUGA: Fakta Menarik Tentang Kelenteng Kwang Sing Bio: Destinasi Liburan Imlek
Ritual persembahan kurban diadakan di toko-toko atau di rumah, dengan membawa seekor babi utuh, kambing, ayam, bebek, atau ikan mas hidup sebagai kurban, untuk keberuntungan di tahun mendatang.
Menurut cerita rakyat, Dewa Keberuntungan mengacu pada Dewa Lima Jalan. Lima Jalan tersebut adalah Jalan Selatan, Jalan Utara, Jalan Tengah, Jalan Barat, dan Jalan Timur.
8. Dilarang Keluar Rumah pada Hari Tahun Baru ke-3
Hari Anjing Merah (赤狗日), pada hari ke-3 Festival Musim Semi, menurut cerita rakyat merupakan hari sial. Legenda mengatakan bahwa Anjing Merah adalah Dewa Kemarahan. Siapa pun yang bertemu dengannya akan mendapat nasib buruk.
BACA JUGA: Makna Lampion dan Imlek: Simbol Keberuntungan Dekorasi dan Kehangatan
Jadi, orang Tionghoa tidak akan berkunjung atau menerima tamu pada tahun baru. Sebaliknya, mereka tinggal di rumah sepanjang hari. Orang Tionghoa modern telah menyingkirkan takhayul feodalistik ini dan mengunjungi teman-teman pada hari ke-3 Festival Musim Semi.
9. Menyambut Dewa Tungku Dapur atau Zao Shen
Seperti yang disebutkan di atas, orang-orang mengirim Dewa Tungku Dapur ke Surga pada tanggal 23 bulan ke-12 tahun lunar Tionghoa. Pada hari ke-4 Festival Musim Semi, mereka menyambutnya kembali sebagai bagian dari perayaan.
Pada hari ke-4 Festival Musim Semi, mereka menyambutnya kembali sebagai bagian dari perayaan. Caranya dengan membakar dupa dan kertas yang melambangkan uang, menyalakan petasan, dan mempersembahkan benda-benda kurban seperti daging dan buah-buahan. --China Highlights
Caranya dengan membakar dupa dan kertas yang melambangkan uang, menyalakan petasan, dan mempersembahkan benda-benda kurban seperti daging dan buah-buahan. Legenda juga menyebutkan bahwa Kaisar Giok akan mengirim dewa lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: