Kisah Perjalanan Hidup Mendiang Quincy Jones, Maestro di Balik Studio

Kisah Perjalanan Hidup Mendiang Quincy Jones, Maestro di Balik Studio

Mendiang Quincy Jones dikenal karena kemampuannya untuk mengumpulkan bakat-bakat luar biasa dan memaksimalkan potensi mereka di studio.-The New York Times-The New York Times

Dalam autobiografinya, “Q” (2001), Jones mengungkapkan bagaimana ia memberikan perhatian khusus pada pemilihan personel studio saat mengerjakan album Off the Wall milik Michael Jackson pada tahun 1979. 

Jones menggambarkan para musisi itu sebagai "mafia musik" yang tidak hanya bertalenta tetapi juga telah menjadi bagian dari "keluarga" musiknya.

Pada tahun 1960-an dan awal 1970-an, Jones bekerja sama dengan musisi jazz ternama seperti Ray Brown, Toots Thielemans, dan Herbie Hancock.

BACA JUGA:Deep Purple Cover Lagu Bob Dylan dan Led Zeppelin di Turning to Crime

Namun, pada dekade 1980-an, ia mulai mengandalkan musisi rock. Seperti terlihat dalam album Thriller Michael Jackson. Dalam album itu ia mengajak empat anggota band Toto, termasuk Jeff Porcaro sebagai drummer dan Steve Lukather pada gitar.

Jones baru benar-benar menyebut dirinya sebagai produser pada tahun 1963 setelah ia merekam lagu pop klasik It’s My Party milik Lesley Gore. Sebelumnya, ia telah terlibat dalam berbagai proyek musik jazz dan big band, termasuk bekerja dengan Ray Charles. 

Phillinganes menyebutnya sebagai "alchemist" yang memahami kekuatan dan kepekaan setiap musisi. "Ia tahu siapa yang mampu memberikan performa terbaik untuk setiap proyek," ujarnya. 

BACA JUGA:Dua Lipa Batal Konser di Jakarta Hari Ini, Promotor Ungkap Alasannya

Kemampuan itu tidak hanya membuatnya menjadi produser yang sukses tetapi juga pemimpin yang inspiratif bagi setiap orang yang bekerja dengannya.

Proses rekaman di bawah arahan Quincy Jones tidak selalu kaku. Tetapi justru memberikan ruang bagi kreativitas. Steve Lukather, misalnya, pertama kali dihubungi oleh Jones pada usia 23 tahun untuk mengisi gitar dalam lagu Just Once dalam album The Dude (1981). 

Dalam sesi tersebut, Lukather diberikan kebebasan untuk menciptakan partitur gitarnya sendiri dengan umpan balik dari Jones sepanjang prosesnya.


Quincy Jones dalam ajang Rock & Roll Hall of Fame pada tahun 2013 di Los Angeles.-Danny Moloshok-AP

BACA JUGA:Surabaya Herockmob 2024, 200 Musisi Mainkan Musik Rock

Harvey Mason Jr., CEO Recording Academy, menggambarkan betapa Jones menjadi mentor yang sangat dihormati. “Jones membuat setiap orang merasa bahwa kontribusi mereka adalah yang paling penting,” katanya. Hal itulah yang memotivasi para musisi, teknisi, dan artis yang bekerja dengannya untuk memberikan penampilan terbaik.

Namun, meskipun suasana di studio terkesan santai, semua orang tahu siapa yang memegang kendali. Dalam dokumenter The Greatest Night in Pop (2024) yang menyoroti sesi rekaman lagu We Are the World, terlihat bagaimana Jones memimpin dengan tegas dan tenang pada lebih dari 30 bintang besar saat itu. Termasuk Bruce Springsteen, Bob Dylan, Michael Jackson, Kenny Rogers, dan Cyndi Lauper.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: the new york times