Tim WUACD Universitas Airlangga ke Melbourne (2): Dilema Kehadiran Mahasiswa Internasional
KEHADIRAN mahasiswa internasional di Australia menjadi dilema. -Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-
MINGGU, 24 November 2024, pukul 07.00, pesawat kami mendarat di Bandara Tullamarine, Melbourne. Tullamarine merupakan bandara utama yang melayani penduduk sekitar Kota Melbourne dan sekitarnya serta merupakan bandara tersibuk kedua di Australia.
Bandara itu dibuka tahun 1970 dan berada di 23 kilometer dari pusat kota Melbourne. Perjalanan darat dengan mobil bisa ditempuh 30–40 menit menuju Veriu Hotel di pusat kota Melbourne –tempat kami menginap.
Acara rapat anggota WUACD (World University Association for Community Development) di Federation University baru mulai diselenggarakan Senin, 25 November 2024. Untuk itu, kami mengisi hari pertama kedatangan dengan keliling Kota Melbourne.
BACA JUGA:Tim WUACD Universitas Airlangga ke Melbourne (1): Mengembangkan Kolaborasi Antar-PT di Dunia
Melbourne adalah kota pendidikan. Meski suasana kota itu tidak seramai Sydney –yang merupakan pusat kota bisnis. Namun, daya tarik Melbourne justru pada posisinya sebagai kota pendidikan.
Di Indonesia, Melbourne seperti Kota Jogjakarta. Suasana Melbourne sangat cocok untuk belajar sehingga bisa dipahami jika Melbourne menjadi salah satu tujuan utama anak muda dari berbagai negara yang ingin melanjutkan kuliah di luar negeri.
MEMBERATKAN
Di Melbourne, dua universitas utama yang kerap kali disebut sebagai bagian dari ”the big eight university” terbaik di Australia adalah University of Melbourne dan Monash University
Di luar itu, ada sejumlah kampus lain di Melbourne yang tak kalah terkenal, seperti RMIT (Royal Melbourne Institute of Technology), La Trobe University, Victoria University, dan masih banyak kampus lain yang setiap tahun selalu menawarkan peluang kepada calon mahasiswa untuk menempuh kuliah di Melbourne.
Menurut data yang ada, tahun 2023, mahasiswa internasional yang berdatangan masuk ke Australia telah memberikan kontribusi lebih dari AUD 42 miliar (USD 28 miliar) untuk universitas dan lembaga pendidikan kejuruan di Australia.
Pemerintah Australia tercatat telah mengeluarkan lebih dari 577.000 visa pelajar internasional selama tahun fiskal yang berakhir pada 30 Juni 2023.
Bagi kampus-kampus yang ada, kedatangan mahasiswa internasional adalah aset sekaligus pemasok dana yang sangat besar –yang dibutuhkan untuk pengembangan universitas.
Penduduk Australia sendiri selama ini sebetulnya memang tidak banyak yang tertarik untuk melanjutkan kuliah –apalagi hingga jenjang pendidikan magister dan doktor.
Banyak penduduk Australia lebih memilih kursus menjadi tukang kayu (carpenter), sopir, buruh, dan lain-lain yang tidak membutuhkan latar belakang pendidikan tinggi. Sedangkan dari segi gaji, mereka tidak kalah dengan gaji para sarjana atau doktor lulusan kampus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: