Dr. Satrio Arismunandar: Denny JA adalah Figur Multidmensional yang Lampaui Batas Konvensional

Dr. Satrio Arismunandar: Denny JA adalah Figur Multidmensional yang Lampaui Batas Konvensional

Dalam pernyataan yang disampaikan Dr. Satrio Arsimunandar dalam esainya menyambut perayaan 62 tahun usia Denny JA pada 4 Januari 2025, ia menyebut bahwa Denny kini tumbuh sebagai figur jenius moderen asal Indonesia. --LSI Denny JA

Baik di sektor properti, hotel, tambang, dan kuliner. Kekayaannya yang melampaui Rp 1 triliun menjadi bukti kemampuannya mengelola berbagai bidang secara profesional. Denny juga telah menciptakan genre Baru dalam sastra.

BACA JUGA: Jelang Coblosan, Elektabilitas Khofifah-Emil Tembus 67 Persen di Survei LSI Denny JA

Pada 2012, Denny menciptakan genre puisi esai, perpaduan antara puisi, narasi cerita, dan isu sosial. Buku debutnya, Atas Nama Cinta, menjadi tonggak awal gerakan sastra yang kini telah menghasilkan lebih dari 150 buku puisi esai di Asia Tenggara.

Puisi esai tidak hanya menjadi ekspresi seni, tetapi juga alat advokasi sosial. Genre ini telah digunakan untuk membahas isu-isu sensitif seperti diskriminasi agama, pernikahan anak, hingga kekerasan berbasis gender.

Apa yang membuat genre ini unik? Puisi esai menggabungkan keindahan estetika dengan kedalaman sosial, menciptakan karya yang tidak hanya menyentuh jiwa tetapi juga relevan dengan realitas masyarakat.

BACA JUGA: Facebook Denny J.A’s World Siarkan Quick Count Live 7 Provinsi Terbesar

Dalam konteks ini, Denny telah menginspirasi generasi baru penulis, seperti halnya Johann Wolfgang von Goethe yang melampaui sastra untuk menjangkau dimensi kehidupan manusia.

Di era digital, Denny adalah pionir yang memahami potensi media sosial sebagai alat pengaruh. Pada 2014, majalah TIME menempatkannya sebagai salah satu dari 30 tokoh paling berpengaruh di internet.

Itu karena perannya dalam membentuk opini publik selama pemilu presiden Indonesia. Melalui media sosial, Denny tidak hanya berbicara kepada jutaan orang, tetapi menciptakan ruang diskusi untuk mempromosikan nilai-nilai keadilan dan demokrasi.

BACA JUGA: Survei LSI Denny JA: Khofifah Masih Ungguli Risma dan Luluk

Penghargaan World’s Golden Tweet yang diterimanya pada 2014 menjadi bukti bagaimana ia memanfaatkan teknologi untuk perubahan sosial. Denny juga telah menggabungkan seni dengan aktivisme.

Sebagai pendiri Gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi, Denny membawa seni ke ranah advokasi sosial. Puisi esai, video pendek, dan kampanye digital menjadi alatnya untuk mengedukasi publik tentang toleransi dan hak asasi manusia.

Apa yang membuat pendekatan ini efektif? Denny memahami bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, lebih dari retorika politik atau wacana akademik. Pendekatan ini mengingatkan kita pada tokoh seperti Rabindranath Tagore.

BACA JUGA: LSI Denny JA: Kepercayaan Publik Capai 83,5 Persen Bukti Popularitas Prabowo Subianto Sangat Tinggi

Ia menggunakan seni sebagai alat perubahan sosial. Sebagai pemikir multidisiplin, Denny memperkenalkan Enam Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI. Prinsip ini mengintegrasikan tradisi agama, sains, dan teknologi untuk menciptakan harmoni di era modern.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber