Dua Bangsa Desar di Dunia Modern: Refleksi tentang Hubungan Indonesia dengan Tiongkok (2-Habis)

Dua Bangsa Desar di Dunia Modern: Refleksi tentang Hubungan Indonesia dengan Tiongkok (2-Habis)

Buku Mengarungi Jejak Merajut Asa 75 Tahun Indonesia-Tiongkok; Dinamika Geopolitik, Ekonomi Global, dan Sosial Budaya. --

Demikian pula berbagai tulisan-tulisan lain dalam bunga rampai yang beragam dan ditulis mendalam di buku ini juga layak untuk dibaca dan direnungkan. Para kontributor memaparkan bagaimana hubungan Indonesia-Tiongkok bukan sekadar persoalan diplomasi formal semata, melainkan juga punya kaitan erat dengan perubahan sosial, ekonomi, hingga budaya negeri ini.

Langkah-langkah berani Presiden Abdurrahman Wahid yang dituliskan dengan begitu jernih oleh Nabila Ghassani dalam esainya (hal. 17) layak mendapat perhatian. Gus Dur telah berjasa besar dalam menunjukkan pentingnya merangkul etnis Tionghoa sebagai sesama warga negara yang berhak tinggal dan menjalankan keyakinan serta budayanya di Indonesia. 

Ketika Imlek akhirnya ditetapkan sebagai hari libur nasional, dan pertunjukan barongsai menjadi pertunjukan milik semua warga dan bukan hanya etnis Tionghoa semata. Saat itu pembauran dan persatuan menunjukkan sisi keindahannya. Kemanusiaan telah menang.

BACA JUGA:Oleh-Oleh dari Presiden Recep Tayyip Erdogan

Indonesia dan Tiongkok sekali lagi adalah dua bangsa besar yang tengah berupaya berjuang menjalani posisinya di dunia modern. Keduanya berbeda, itu jelas. Tetapi keduanya juga telah menunjukkan mereka mampu melewati perbedaan ideologis dan sejarah, untuk kemudian membangun kemitraan yang kuat dan saling menguntungkan. 

Visi Indonesia Emas 2045 bahkan dikaitkan secara strategis dengan potensi kolaborasi bersama Tiongkok dalam bidang teknologi, industri, hingga pertahanan (hal. xi).

Sebuah bunga rampai yang tidak hanya kaya dalam menceritakan “keriuhan” masa lalu. Tulisan-tulisan ini mendorong pada melimpahnya peluang dan kemungkinan positif di antara kedua negara di masa depan. 

BACA JUGA:Rumah Gemah Ripah dan Upaya Menumbuhkan Budaya Apresiasi

Setiap bab digambarkan oleh para penulis yang kompeten sebagai sebuah cerminan dari tekad bersama untuk tidak sekadar menjadi tetangga satu kawasan, tetapi mitra sejati yang saling menguntungkan. 

Ditulis narasi yang rapi, data faktual, dan refleksi mendalam, buku Mengarungi Jejak Merajut Asa 75 Tahun Indonesia-Tiongkok layak menjadi referensi penting bagi siapa pun yang ingin memahami posisi Indonesia dalam kancah geopolitik Asia dan dunia. (*)


Dion Yulianto --

*) Penulis, penerjemah, editor, pembaca buku 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: dion yulianto