Centre for Strategic Global Studies: Perkuat Kapasitas Komunitas Tanggap Bencana

Centre for Strategic Global Studies: Perkuat Kapasitas Komunitas Tanggap Bencana

Centre for Strategic Global Studies (CSGS), Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) saat menggelar Seminar and Workshop on Disaster Preparedness pada Senin, 13 Januari 2025.-Dokumen panitia-

Namun, saat ini terdapat kesenjangan antara ilmu dan informasi yang telah ada, sehingga perlu untuk diperbaharui kembali dan diselenggarakannya pelatihan mulai dari tingkat nasional hingga tingkat lokal. Masalah ini sulit untuk diatasi lantaran perubahan iklim terjadi secara tidak pasti dan sulit untuk diprediksi. Karena itu, Arino menekankan masyarakat untuk memiliki kapasitas adaptif dan sensitif.

Substansi yang disampaikan Arino juga didukung oleh Tofan yang menekankan pada bagaimana pekerja memiliki hak atas keselamatan kerja dalam menghadapi resiko bencana kerja. Tofan juga menyampaikan beberapa prinsip strategi pencegahan dalam keselamatan kerja. Di antaranya adalah yang pertama yaitu prevention, artinya mencegah dengan cara melakukan tinjauan dan audit agar dapat mengetahui kondisi yang ada. Kedua yaitu preparedness, artinya menyiapkan segala kesiapan baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun peralatan yang ada. Ketiga yaitu response, artinya bagaimana sikap dalam menghadapi bencana yang akan terjadi dengan rutin melakukan latihan atau simulasi, dan yang terakhir adalah recovery, yaitu upaya pemulihan pascabencana.

Memantik Daya Kritis Kesiagaan Bencana

Penjelasan Arino dan Tofan telah memantik daya kritis kesiagaan bencana bagi para peserta pelatihan yang akan diterjunkan melakukan pemberdayaan di komunitas lokal. CSGS menjadikan contoh kasus kondisi di Desa Tegaren, Kabupaten Trenggalek, sebagai model pelibatan pemimpin lokal dalam menggerakkan masyarakat tanggap bencana. Tegaren merupakan desa yang selama beberapa tahun belakang telah diberdayakan oleh komunitas Akta Bumi untuk menjadi desa wisata, namun memiliki risiko bencana longsor yang tinggi karena berada di wilayah perbukitan dan dataran tinggi yang dilewati sungai.

Arino menjelaskan bahwa solusi yang potensial berdampak positif dalah dengan penguatan peran dan kapasitas komunitas lokal untuk mitigasi risiko bencana di desa tersebut. Mengutip data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Trenggalek, Arino menemukan bahwa titik paling rawan di kawasan ini adalah kemungkinan terjadinya gempa bumi dan tanah longsor. 

Untuk mengatasinya, Arino merekomendasikan pengembangan teknologi mitigasi bencana seperti alarm sebagai sistem peringatan darurat sebelum terjadinya bencana. Teknologi seperti panel surya menjadi solusi yang kini terjangkau untuk dipertimbangkan sebagai sumber energi bagi teknologi yang ke depannya dapat dikembangkan.

Dengan bekal pengetahuan dan pelatihan yang didapat melalui proyek kolaborasi dengan Japan Foundation, CSGS dan Akta Bumi berkomitmen untuk menindaklanjutinya dengan aksi nyata yang berdampak positif bagi masyarakat lokal. Diawali dari pemberdayaan masyarakat Tegaren, CSGS akan terus menjangkau komunitas di berbagai desa untuk menyiapkan kesiagaan masyarakat lokal dalam menghadapi bencana. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: