Konflik Tetangga Jadi Pembunuhan Aktor Sandy Permana
Konflik Tetangga Jadi Pembunuhan Aktor Sandy Permana-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Pembunuh Cewek Open BO
Istri Sandi, Ade Andriana, kepada wartawan mengatakan, ”Di situ suami saya menegur orang itu (Nanang) yang suka mabuk minuman keras di rumahnya, yang mengganggu lingkungan kompleks. Tapi, orang itu nyolot (menjawab sengit, cenderung bermusuhan) dengan berteriak: ’Emang, kamu mau apa?’ Jadinya, suami saya kesal dan marah.”
Setelah Nanang pindah rumah pun, masih ada konflik dalam diam. Contohnya, kejadian yang dialami Ade beberapa hari sebelum pembunuhan, Minggu, 12 Januari 2025. Kejadiannya begini:
Ade: ”Saya jalan bersama anak saya, lewat depan rumahnya. Ia memangkas pohon pakai golok, dengan lagak seperti orang marah-marah. Terus, ia saya tegur: Pelan-pelan kenapa mangkasnya. Kalau kena orang (sabetan golok) gimana? Kalau kena anak saya gimana? Eee…. ia malah melototi saya tanpa berkata apa-apa.”
BACA JUGA:Selingkuh Finansial Picu Pembunuhan di Jalan Ngaglik
BACA JUGA:Kasus Pembunuhan Satu Dekade Lalu Terungkap gara-gara si Pelaku Mencuri Sepatu
Terakhir, Minggu pagi, 12 januari 2025, berdasar rekaman CCTV kompleks perumahan, Sandy keluar rumah naik sepeda elektrik. Ia meninggalkan rumah sekitar pukul 06.30 WIB. Tujuannya, mengirimkan makanan untuk sarapan para karyawan bisnis bakso miliknya di luar kompleks itu. Juga, memberi makan ratusan ayam ternaknya.
Sandy kembali masuk kompleks (berdasar CCTV) pukul 07.20 WIB. Saat itulah ia sudah disanggong Nanang di dalam kompleks. Sandy menghentikan sepedanya, berhadapan dengan Nanang.
Saksi mata seorang ibu melihat Sandy-Nanang berkelahi. Cuma sebentar, cuma beberapa detik. Sebab, Nanang membawa golok. Nanang membacok Sandy dengan beberapa bacokan. Akhirnya, Sandy meninggal di RSUD Cileungsi karena kehabisan darah beberapa saat setelah kejadian.
BACA JUGA:Korban Perampokan dan Pembunuhan di Situasi yang Salah
BACA JUGA:Dijanjikan Rp 50 Juta, Wanita Pembunuh Bayaran Ini Habisi Bocah 5 Tahun
Bagaimana keseharian Nanang? ”Orangnya gondrong. Rambutnya gimbal. Maka, dipanggil orang sini Limbad (nama pesulap gondrong Limbad). Sebenarnya ia baik. Cuma dasarnya memang pendiam. Tidak bergaul dengan tetangga. Kalau tidak diajak bicara, ia tidak bicara,” kata tetangga bernama Bambang, 53.
Apa kata Ade? ”Rambutnya gimbal, badannya penuh tato. Gak mau bergaul dengan tetangga. Kalau istrinya beda, ramah dengan semua tetangga. Istrinya dengan keluarga kami juga akrab.”
Begitulah orang bertetangga. Sulit-sulit-gampang. Bisa sulit bisa gampang. Bergantung karakter orangnya. Dalam bersosialisasi, butuh toleransi. Agar rukun. Tapi, bisa juga salah satunya intoleran. Lebih gawat lagi kalau kedua pihak sama-sama intoleran.
BACA JUGA:Nasib Saksi Pembunuhan Pegawai Minimarket di Pecenongan, Jakarta Pusat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: