Dramatisme Hasto Kristiyanto

Dramatisme Hasto Kristiyanto

ILUSTRASI dramatisme Hasto Kristiyanto. Hasto vs KPK. Untuk sementara skor 1-0 untuk Hasto. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Effendi Simbolon Desak Megawati Mundur dari PDIP, Bantah Tudingan cawe-cawe Jokowi dalam Kasus Hasto

Disebutkan bahwa selain doyan terong, Bu Lurah juga suka bagi-bagi apem, kue tradisional Jawa. Apem Jawa Bu Lurah itu, katanya, dibagi-bagi dan dinikmati dengan tuangan wine di atasnya.

Belum ada bukti yang bisa mengonfirmasi informasi itu. Tapi, di dunia maya unggahan-unggahan insinuatif seperti itu cepat berkobar dan menyebar. Netizen tidak butuh kebenaran untuk mendukung keyakinannya. 

Yang dibutuhkan adalah pembenaran terhadap keyakinannya. Netizen hidup di dalam echo chamber, ’kamar gaung’, yang ingin mendengar dengungannya sendiri.

Hasto memainkan dramatisme sejak turun dari bus sebelum masuk ke ruang KPK. Ia dikawal agen-agen dengan menggunakan bus besar. Bus itu mirip dengan bus yang dipakai penyidik KPK ketika mendatangi rumah Hasto di Bekasi. 

Ada dramatisme yang juga dimainkan KPK. Menggeledah rumah, kemudian keluar membawa koper-koper besar. Isinya, katanya, cuma flashdisk milik anak Hasto. Dramatisme penggeledahan seperti itu sudah menjadi skenario tetap KPK dalam kasus apa pun.

Sampai di KPK, Hasto langsung membuka dramatisme. Jumpa pers yang meyakinkan. Garang dan berapi-api. Menunjukkan kesiapannya untuk menghadapi penyidik. Siap untuk ditahan.

Tiga setengah jam berlalu. Hasto keluar dari ruang pemeriksaan. Dramatisme berakhir dengan happy ending. Mungkin tepatnya antikimaks. Entah apa yang terjadi di dalam ruang penyidikan. Mungkin Hasto membeber foto-foto Terong Bu Lurah.

Hasto keluar dari ruang pemeriksaan sebagai aktor dengan peran baru. Adegan berganti. Tidak ada pernyataan yang menggacor. Tidak ada kutipan dari Bung Karno yang menyala-nyala. 

Yang ada hanya senyum simpul Hasto penuh misteri. Hasto berlalu. Lolos dari tahanan KPK, ”Makasih, makasih”.

Ada adegan yang berbeda. Beberapa waktu yang lalu di Kejaksaan Agung seseorang bernama Tom Lembong diperiksa sebagai tersangka. Ia tidak memainkan dramatisme. Tidak ada bus suporter. Tidak ada jumpa pers yang provokatif. Setelah diperiksa, Tom Lembong langsung ditahan.

Ada lagi dramatisme Firli Bahuri. Adegan berganti-ganti, agen, dan agensi berubah-ubah. Ketika menjadi ketua KPK, ia diduga menyelewengkan kewenangan dan kekuasaannya. Ia disebut-sebut masuk dramatisme Harun Masiku. Tapi, Firli Bahuri menjadi agen yang sulit disentuh hukum.

Adegan lain terjadi di panggung politik besar. Kabar berembus, Megawati menelepon Presiden Prabowo menjelang pemeriksaan Hasto. Publik hanya bisa berspekulasi mengenai isi pembicaraan.

Mega kemudian ikut main dramatisme. Dalam pidato –yang panjang dan membosankan– pada ulang tahun PDIP, Mega mengatakan hubungannya dengan Mas Bowo baik. Mega mengatakan, PDIP tidak menjadi oposisi. PDIP mendukung Prabowo meski tidak masuk kabinet.

Episode selanjutnya adalah dramatisme di praperadilan. Banyak tersangka korupsi yang membawa KPK ke praperadilan dan kalah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: