Isra Mikraj, Perjalanan Nabi Muhammad di Bulan Rajab Bertemu Allah hingga Menerima Perintah Salat

Isra Mikraj, Perjalanan Nabi Muhammad di Bulan Rajab Bertemu Allah hingga Menerima Perintah Salat

Masjidil Haram sebagai salah satu tempat yang disinggahi Nabi Muhammad saw saat peristiwa Isra Mikraj yang diperingati setiap tanggal 27 Rajab-Ramiar Dilshad-Pexels

BACA JUGA: Puasa Rajab: Tata Cara, Niat, dan Waktu Pelaksanaannya

Menerima Perintah Salat

Dalam Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri menyebutkan bahwa setelah melewati tujuh lapisan langit, Nabi diperintahkan naik lagi menuju Sidratul Muntaha. Kemudian naik lagi menuju Baitul Makmur, dan naik lagi untuk bertemu serta menghadap Allah, hingga jarak yang tersisa hanya sepanjang dua ujung busur atau lebih dekat lagi.

Nah, momen saat bertemu Allah inilah, Nabi Muhammad diberikan wahyu berupa perintah salat. Pada awalnya, kewajiban salat yang dibebankan kepada beliau dan umat Islam adalah sebanyak 50 kali. Namun, saat kembali dan bertemu dengan Nabi Musa, beliau disarankan untuk kembali menghadap Allah dan meminta keringanan terkait jumlah salat yang diwajibkan bagi umatnya.

Saat itu, beliau pun meminta pendapat pada malaikat Jibril yang menemaninya, terkait keringanan yang hendak beliau minta dari Allah, lalu disetujuinya. Setelah itu, beliau naik lagi untuk menghadap Allah dan mengatakan keinginannya. Oleh Allah jumlah salat yang semula 50 kali dikurangi sepuluh.

Kemudian saat turun, Nabi Musa kembali menyarankan Nabi Muhammad untuk meminta keringanan lagi kepada Allah, hingga beliau sudah terlalu malu berulang kali menemui Allah untuk meminta keringanan atas umatnya. Kewajiban salat yang ditetapkan atas umat Islam saat itu menjadi 5 kali, dari yang semula dibebankan sebanyak 50 kali.

BACA JUGA: Niat Puasa Senin Kamis dan Jadwalnya Selama Bulan Rajab 1446 H

Penjelasan Al-Qur’an tentang Peristiwa Isra Mikraj

Adapun peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad saw. termaktub dalam Q.S. Al-Isra ayat 1 yang berbunyi:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Arab-latin: Subḥān al-ladzī asrā bi'abdihī lailan min al-masjid al-ḥarām ilā al-masjid al-aqshā al-ladzī bāraknā ḥaulahū linuriyahū min āyātinā, innahū huwa al-samī' al-bashīr

Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Melalui ayat tersebut, bisa kita ketahui betapa luar biasanya peristiwa Isra Mikraj ini. Perjalanan Nabi yang ditemani oleh malaikat Jibril dan menaiki Buroq dari Masjidil Haram yang ada di Makkah hingga naik ke lapisan-lapisan langit hingga bertemu dengan Allah dapat dilakukan hanya dengan satu malam. 

BACA JUGA: Bulan Rajab, Ini 6 Amalan yang Bisa Dilaksanakan

Lalu, keesokan paginya, beliau menyampaikan peristiwa Isra Mikraj yang menjadi tanda kekuasaan Allah ini kepada penduduk Makkah, tetapi tidak dipercaya. Sebab jika dipikir secara logika, peristiwa Isra Mikraj dalam waktu satu hari sangatlah tidak masuk akal. Namun, justru itulah tanda kekuasaan Allah. 

Pada saat itu, orang pertama yang mempercayai peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad adalah Abu Bakar, sehingga ia kemudian dijuluki dengan al-Shiddiq yang berarti orang yang paling benar atas keimanannya yang kuat.(*)

*) Mahasiswa magang dari UIN Sunan Ampel Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: