Isra Mikraj 2025, Refleksi Spiritualitas di Era AI
ILUSTRASI Isra Mikraj 2025, Refleksi Spiritualitas di Era AI-Arya-Harian Disway-
Apakah kita telah berkontribusi pada kebaikan bersama? Apakah kita menggunakan potensi kita untuk memberikan manfaat bagi orang lain, seperti yang dianjurkan dalam Islam?
Apakah kita telah memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah, atau justru sebaliknya? Apakah kesibukan digital membuat kita melupakan waktu untuk beribadah dan merenung?
Dengan menjadikan teknologi sebagai pelengkap, bukan pengganti nilai-nilai agama, umat Islam dapat menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Teknologi seharusnya menjadi sarana yang memudahkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan justru menjauhkan.
Sebagai individu yang hidup di zaman modern dengan segala macam kecanggihan teknologi dan kompleksitas sosial, teknologi juga membuat manusia kian tergantung dan terjebak dalam rutinitas duniawi.
Kesibukan digital yang terus-menerus sering kali menggeser waktu untuk merenung dan beribadah. Akibatnya, hubungan dengan Allah SWT menjadi terabaikan.
Isra Mikraj menjadi pengingat penting bahwa manusia memiliki tanggung jawab spiritual yang tidak boleh tersisihkan oleh hiruk-pikuk dunia teknologi.
Salat lima waktu, sebagai salah satu anugerah besar dari peristiwa itu, adalah momen untuk melepaskan diri dari kebisingan dunia digital dan kembali kepada fitrah sebagai hamba Allah.
Di tengah kemajuan zaman, kita perlu membangun kesadaran bahwa teknologi bukanlah tujuan, melainkan alat yang harus diarahkan untuk mendukung kehidupan spiritual dan meningkatkan ketakwaan.
Salat lima waktu yang lahir dari peristiwa tersebut menjadi pilar utama dalam agama Islam. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, salat juga merupakan sarana komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Tuhan. Melalui salat, umat Islam diajari untuk disiplin, menenangkan jiwa, dan sadar akan keberadaan Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Peristiwa Isra Mikraj mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga salat sebagai fondasi kehidupan spiritual dan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Jadi, peristiwa Isra Mikraj juga mengajarkan nilai keteguhan iman dan ketaatan dalam menjalankan perintah Allah SWT meski menghadapi berbagai ujian.
Dengan menjaga salat lima waktu, umat Islam dapat menjadikannya sebagai pengingat untuk selalu introspeksi diri, memperbaiki akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita jadikan peristiwa Isra Mikraj sebagai momentum untuk mengembangkan budaya introspeksi di masyarakat. Dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW, kita dapat membangun kehidupan yang sukses tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk komunitas kita.
Bayangkan, jika nilai-nilai seperti kesadaran spiritual, kedisiplinan dalam ibadah, dan penggunaan teknologi secara bijak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita dapat menciptakan kendali seimbang antara kemajuan dunia dan tujuan hidup yang lebih besar.
Pada akhirnya, refleksi ini bertujuan untuk menilai seberapa jauh kita mendekatkan diri kepada Allah SWT dan merencanakan tindakan konkret untuk mengalami perubahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: