Filosofi Hidup Armuji dan Peluangnya Pada Tahun Ular Kayu 2025
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji lahir di Surabaya, 8 Juni 1965. Ia merupakan pemilik Shio Ular Kayu.--HARIAN DISWAY
HARIAN DISWAY - Wakil wali kota biasanya cenderung pasif. Namun, itu tidak berlaku bagi Wakil Wali Kota Surabaya Armuji.
Pria kelahiran 8 Juni 1965 itu berhasil membagi peran dengan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dengan jenius. Bahkan kombinasi keduanya layak jadi percontohan kepala daerah di seluruh Indonesia.
Armuji aktif di media sosial. Terutama di TikTok. Salah satu video bisa tembus 36,3 juta penonton. Problem kota dikemas menjadi konten viral.
BACA JUGA:Fokus Utama Eri-Armuji di 2025, Atasi 200 Titik Banjir di Surabaya
Bagi Armuji, seorang pemimpin harus memiliki akhlak mulia dan bisa merangkul semua.--HARIAN DISWAY
Warga bebas datang ke rumah dinasnya. Yang di sebelah Disway News House itu. Semua persoalan kota dicarikan solusinya di sana, setiap Senin pagi.
Ia menjalankan pepatah Tionghoa yang bersumber dari kitab kuno I Ching (易经). Bunyinya: "厚德载物" (hou de zai wu) yang bisa diartikan, seorang pemimpin yang berakhlak mulia, bisa merangkul semua. Bagi Armuji, seseorang harus tuntas dengan dirinya sendiri untuk bisa bermanfaat bagi yang lain.
Ia memilih media sosial untuk memberikan manfaat yang lebih luas. Dalam menjalankan konten-konten itu, Armuji dikelilingi anak-anak muda kreatif.
BACA JUGA:Eri-Armuji Raih 980.380 Suara Sah, Raih 81,3 Persen untuk Pilwali Surabaya
“Arek-arek (Anak-anak muda) lebih paham soal medsos, jadi harus kolaborasi dan dirangkul,” kata mantan Ketua DPRD Surabaya itu.
Dengan usianya yang menuju 60 tahun, Armuji tak mau bersantai. Ia seperti menjalankan peribahasa 老骥伏枥,志在千里 (lǎo jì fú lì, zhì zài qiān lǐ) yang artinya seekor kuda perang tua di kandang masih ingin berlari sejauh seribu mil.
Bagi Armuji, belajar adalah proses seumur hidup. Ia tidak akan pernah berhenti untuk belajar.--HARIAN DISWAY
Peribahasa itu berasal dari karya klasik sastra Tiongkok, yaitu Tiga Puluh Enam Puisi Lima Karakter (五言诗) yang ditulis oleh politikus, penyair dan panglima perang Tiongkok: Cao Cao (曹操) di masa Tiga Kerajaan (220–280 M).
BACA JUGA:Solusi Eri-Armuji Atasi Polusi di Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway