Lady Gaga Tanggapi Kritik Joker: Folie a Deux
Lady Gaga tanggapi kritik pedas terhadap dirinya dan film Joker 2. --Fox News
SURABAYA, HARIAN DISWAY – Harapan besar itu menggunung. Joker (2019) adalah fenomena. Gelap, psikologis, penuh kritik sosial.
Lalu datang sekuelnya: Joker: Folie à Deux. Tapi sekuel kedua itu malah berubah menjadi eksperimen nyentrik yang menuai banyak cibiran.
Lady Gaga pun buka suara soal kritik pedas yang menghantam film itu. Dalam wawancara dengan Elle, dia menanggapi santai.
"Terkadang orang tidak menyukai sesuatu dan itu wajar. Sebagai seniman, kita harus siap dengan itu," katanya. Tapi apakah Joker 2 memang layak dikritik?
Film itu kembali menghadirkan Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck alias Joker. Tapi dalam sekuel kedua tersebut kisahnya lebih berwarna. Baik secara harfiah dan musikal.
Elemen musikal menjadi bagian besar dalam film itu, menghadirkan nuansa yang berbeda dari film pertamanya.
BACA JUGA:Inilah Potret Pertama Lady Gaga Jadi Harley Quinn dalam Sekuel Joker 2
Ending Film Joker 2 menjadi kejutan --Warner Bros
Harley Quinn, yang diperankan Gaga, hadir sebagai pasangan gila Joker. Namun, alih-alih menghadirkan kisah cinta yang menghantui, banyak yang justru merasa bahwa elemen musikal itu merusak atmosfer gelap yang sudah terbangun sejak film pertama.
Di Rotten Tomatoes, skor film itu hanya menuai ulasan kritikus sebesar 33 persen. Angka yang menyedihkan untuk film sekelas Joker. Bahkan di Box Office, film itu pun terseok-seok.
Dengan modal produksi USD 200 juta, Joker 2 hanya meraup sekitar USD 207 juta. Nyaris impas!
Bandingkan dengan Joker pertama yang hanya bermodal USD 55 juta tetapi sukses mengantongi lebih dari USD 1 miliar.
BACA JUGA:Lady Gaga Diplot Jadi Harley Quinn di Joker 2
Potongan plot Harley Quinn dan Arthur Fleck dalam film Joker 2--https://www.instagram.com/p/Coql2DBJu-O/?igshid=MDM4ZDc5MmU=
Para kritikus menyebut bahwa film itu kehilangan identitasnya. Beberapa menyebutnya ambisius tapi tidak terarah.
Yang lain merasa elemen musikalnya justru mengacaukan ritme cerita yang seharusnya tetap mengedepankan intensitas psikologis seperti film pertama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: