Ramadan dan Antropologi Rasa

Ramadan dan Antropologi Rasa

ILUSTRASI Ramadan dan Antropologi Rasa.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Pertamina Subholding Upstream Gelar Safari Ramadan, Santuni Anak Yatim di Surabaya

BACA JUGA:6 Rekomendasi Aplikasi yang Dapat Membantu Puasa Ramadan Anda Menjadi Lebih Baik

Konon, berdasar berbagai sumber, suku Minahasa memiliki filosofi hidup cukup unik. Terutama pada hal-hal yang bersifat menyakitkan seperti halnya ketika menyantap sajian bercita rasa pedas. 

Rasa panas nan sakit di lidah ketika mencecap makanan pedas rupanya mengajarkan masyarakat setempat akan hidup bertoleransi dan saling menghargai, terutama pada hal-hal yang menyakitkan. 

Tentu makna tersebut menegaskan bahwa masakan bukan sekadar aroma, masakan mempunyai makna filosofis yang relevan dalam konteks Indonesia yang beragam dalam banyak aspek kehidupan. 

BACA JUGA:7 Cara Memilih Lipstik yang Tidak Membuat Bibir Kering saat Puasa Ramadan

BACA JUGA:6 Amalan Utama yang Dianjurkan di Bulan Ramadan

Dalam aspek yang lain, contohnya. Mengapa masakan Yogyakarta cenderung manis. Rupanya hal tersebut terkait dengan historisitas. Pada masa penjajahan, wilayah-wilayah seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur rata-rata penghasilan terbesarnya berasal dari tebu. 

Konon, dalam sebuah cerita dijelaskan bahwa masa itu sempat mengalami kelaparan. Hampir semua lahan digunakan untuk menanam tebu sehingga masyarakat tidak bisa menanam tanaman lain seperti padi dan sejenisnya. 

Kondisi itulah yang membuat orang Jawa pada masa itu tidak punya pilihan lain selain memakan tebu untuk bertahan hidup. Hampir semua olahan masakan pada masa itu juga menggunakan air perasan tebu. 

BACA JUGA:Tip Kurangi Risiko Asam Lambung Kambuh Saat Puasa Ramadan

BACA JUGA:6 Amalan Sunnah Rasulullah Saw di Bulan Ramadan

Kondisi tersebut berlangsung sangat lama, selama masa penjajahan Belanda. Hal tersebutlah yang konon hingga hari ini membuat kebanyakan daerah di Yogyakarta dan sekitarnya gemar dengan masakan manis. Dalam masakan manis, ada sejarah kelaparan dan semangat bertahan hidup. 

Tentu contoh di atas adalah sebagian kecil dari historisitas rasa dalam masakan. Luasnya Indonesia tentu menyimpan banyak kisah menarik yang layak untuk digali dan dicecap intisari maknanya. 

Keberagaman masakan Indonesia adalah kekuatan strategis. Setiap daerah mempunyai kekayaan pangan dan racikan masakan. Salah satu contoh kekuatan adalah ketika terjadi krisis atau kelangkaan bahan pangan untuk masakan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: