Mereka yang Menentang Aksi Mantan Presiden Rodrigo Duterte: Tuhan Tidak Tidur

LAMBAIAN TANGAN mantan senator Leila de Lima saat meninggalkan rumah tahanan di Camp Crame, Manila, 13 November 2023.-TED ALJIBE-AFP-
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dikenal karena perang melawan narkoba yang menewaskan puluhan ribu orang. Maka, Duterte yang kini menghadapi sidang Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda, pun punya banyak musuh di dalam negeri.
BERITA penangkapan Rodrigo Duterte pada Selasa, 11 Maret 2024, harus dicerna selama beberapa menit oleh Romo Flaviano Villanueva, imam Katolik yang juga aktivis hak asasi manusia. Setelah yakin akan kebenaran berita itu, Romo Villanueva pun berucap, ’’Tuhan tidak tidur.’’
Villanueva menghabiskan bertahun-tahun membantu keluarga yang jadi korban Duterte. Keluarga yang anggotanya meregang nyawa karena perang terhadap narkotika.
Villanueva pun langsung memberi tahu para janda yang dibantunya. Bahwa keadilan datang dalam berbagai bentuk.
BACA JUGA:Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap atas Dugaan Kejahatan Kemanusiaan
"Keadilan hukum adalah wujud dari penyembuhan, terutama dalam situasi ini. Penangkapan Duterte adalah manifestasi ketika ia harus membayar dosa-dosanya," kata romo tersebut seperti dikutip Agence France-Presse.
Namun, ia menekankan bahwa pembunuhan tersebut bukan semata-mata tanggung jawab mantan presiden. "Ia hanyalah arsiteknya. Masih ada tukang kayu, tukang batu, dan pandai besi. Setiap orang yang tangannya berlumuran darah harus bertanggung jawab," ucapnya.
Bahkan orang-orang Filipina yang diam-diam mendukung perang melawan narkoba juga perlu melakukan pertobatan pribadi. "Kita bisa menyebutnya sebagai penebusan dosa nasional," kata Romo Villanueva.
Selain itu, ada juga mantan senator Leila de Lima. Dia menghabiskan enam tahun di dalam sel. Leila mengaku menjadi korban tuduhan penggunaan narkotika. Tuduhan itu muncul justru karena Leila selalu berkampanye menentang perang melawan narkoba yang membabi buta.
ROMO FLAVIE VILLANUEVA (kiri) memimpin doa bersama di depan abu para korban kebijakan Rodrigo Duterte di sebuah kompleks pemakaman di Manila, 12 Maret 2025.-TED ALJIBE-AFP-
Pada hari Selasa, dia berada di sebuah mal di Manila ketika berita penangkapan Duterte menyebar di media sosial. "Saya bertanya pada diri sendiri, 'Apakah ini benar-benar terjadi?'" katanya. "Saya masih belum sepenuhnya percaya bahwa surat perintah penangkapan itu sudah ada," tambahnya.
Tentu, Leila senang karena Duterte harus bertanggung jawab di muka hukum. Tetapi, kebahagiaannya tetap tidak maksimal. "Roda keadilan sedang bergerak, tetapi saya juga merasa pahit dan sedih, karena diperlukan pengadilan internasional untuk benar-benar melakukan tindakan konkret," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: