Tradisi Lebaran di Berbagai Daerah, Keunikan yang Selalu Dinanti

Tradisi Lebaran di Berbagai Daerah, Keunikan yang Selalu Dinanti

Gunungan hasil bumi diarak dari Keraton dan diperebutkan warga karena diyakini membawa berkah. --Pinterest

Di Kabupaten Pagar Alam, Sumatra Selatan, masyarakat merayakan Lebaran dengan tradisi Ronjok Sayak, yaitu menyalakan tumpukan batok kelapa yang menyerupai obor raksasa.

Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian penting dalam menyambut hari kemenangan. Tumpukan batok kelapa disusun dengan rapi hingga mencapai ketinggian tertentu, lalu dinyalakan serentak saat malam takbiran tiba.

Api yang berkobar menciptakan suasana yang hangat dan megah, menerangi lingkungan sekitar dengan cahaya yang berkilauan.Selain sebagai simbol penerangan dan keberkahan di hari kemenangan, Ronjok Sayak juga memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat.

BACA JUGA: 20 Kata-Kata Penuh Makna Menyambut Ramadan 2025, Cocok untuk Caption dan Story di Media Sosial

Api yang membakar batok kelapa melambangkan pembersihan diri dari segala dosa dan keburukan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.

Tradisi ini juga menjadi ajang kebersamaan, di mana warga bergotong royong dalam mengumpulkan batok kelapa, menyusun, hingga menyalakannya bersama-sama. Suasana semakin meriah dengan lantunan takbir yang menggema di seluruh desa.

Menciptakan rasa syukur dan kebersamaan yang kuat di antara warga. Anak-anak hingga orang tua turut serta dalam perayaan ini, menjadikannya sebagai momen yang dinanti-nantikan setiap tahunnya.

BACA JUGA: 8 Tradisi Unik Ramadan di Berbagai Daerah Indonesia

Keunikan Ronjok Sayak juga menarik perhatian wisatawan yang ingin melihat langsung tradisi khas Sumatra Selatan ini, menjadikannya sebagai salah satu daya tarik budaya yang tetap lestari hingga kini.

3. Halal Bihalal (Jawa & Seluruh Indonesia)

Tradisi Halal Bihalal sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari Lebaran di Indonesia. Kegiatan ini dilakukan untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan, baik di lingkungan keluarga, tetangga, teman, maupun rekan kerja.

Dalam momen ini, masyarakat berkumpul untuk saling berjabat tangan, mengucapkan permohonan maaf, dan mempererat hubungan yang mungkin sempat renggang selama setahun terakhir.

BACA JUGA: Kenali Perbedaan Syarat Wajib, Syarat Sah, dan Rukun Puasa

Tradisi ini dipercaya bermula dari zaman Kesultanan Mataram pada abad ke-17, ketika Sultan Agung menginisiasi pertemuan besar untuk menyatukan para pemuka agama dan tokoh masyarakat setelah bulan Ramadan.

Seiring waktu, Halal Bihalal berkembang menjadi tradisi nasional yang dilakukan di berbagai lingkungan, termasuk instansi pemerintahan, sekolah, dan perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: