Takjil yang Muncul saat Ramadan, Mengapa Identik Kurma, Kolak, dan Es Buah?

Ketika azan Maghrib berkumandang, kurma menjadi pilihan pertama untuk berbuka. -Amirul Mukminin-Pinterest
HARIAN DISWAY - Ramadan selalu membawa nuansa yang berbeda dibanding bulan lainnya. Salah satu yang paling terasa adalah kehadiran makanan khas yang seolah hanya muncul di bulan suci ini.
Di meja berbuka, kolak, kurma, dan es buah seolah menjadi hidangan wajib. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, mengapa makanan ini begitu identik dengan Ramadan? Apakah ada alasan khusus di balik pemilihannya, atau sekadar tradisi yang terus diwariskan?
Jika ditelusuri lebih jauh, kehadiran makanan khas Ramadhan tidak hanya sekadar kebiasaan turun-temurun, tetapi juga berkaitan erat dengan sejarah dan budaya masyarakat.
BACA JUGA: Jajanan Takjil Ramadan, dari Pasar Tradisional hingga Street Food Kekinian
Kurma, misalnya, sudah menjadi makanan utama umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, disebutkan bahwa Rasulullah Saw berbuka dengan kurma basah (ruthab) sebelum menunaikan salat.
Jika tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering (tamr). Jika kurma basah dan kering tidak ada, nabi berbuka dengan seteguk air," (H.R. Abu Dawud) Kebiasaan ini kemudian menjadi sunah yang diikuti oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Kolak, di sisi lain, memiliki akar yang lebih lokal. Makanan ini sudah ada sejak masa peralihan Kerajaan Demak hingga Mataram Islam, sekitar abad ke-15 hingga 16.
Hidangan ini digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam di Nusantara. Beberapa sumber menyebutkan bahwa istilah "kolak" diyakini berasal dari kata Arab khalik (Sang Pencipta).
BACA JUGA: Tip Menjaga Kesehatan Gigi di Bulan Ramadan
BACA JUGA: Wonderful Ramadan 2025: BNI Berbagi Kebahagiaan di 14 Kota
Selain itu, bahan-bahan utama kolak, seperti pisang kepok, juga memiliki makna filosofis, di mana penggunaan pisang kepok dimaksudkan agar masyarakat "kapok" atau merasa jera dengan dosa yang telah dilakukan.
Sehingga diharapkan dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Sementara itu, es buah lebih banyak berkembang sebagai tren modern. Namun, kehadirannya di meja berbuka bukan tanpa alasan.
Es buah menyegarkan, menghidrasi tubuh setelah seharian berpuasa. -Ghefff-Pinterest
Kesegaran dan kandungan vitaminnya yang tinggi membuatnya menjadi pilihan yang tepat untuk mengembalikan energi setelah seharian berpuasa. Selain nilai sejarah dan budaya, makanan khas Ramadan juga memiliki keunggulan dari segi kandungan gizi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: