Reuni Bareng A. Azis dalam Antologi Puisi Eks Wartawan Surabaya Post

Sampul buku antologi berjudul Setelah Tanpa Deadline yang dibuat oleh Yusuf Susilo Hartono, perupa, yang juga salah seorang penulis puisi.-Harian Disway-
HARIAN DISWAY - Bagaimana rasanya setelah tak lagi dikejar-kejar tenggat? Puluhan eks wartawan Surabaya Post ini menjawabnya dengan cara lain. Mereka membuat puisi yang dikumpulkan dalam antologi berjudul Setelah Tanpa Deadline.
Bermula dari sebuah reuni eks wartawan Surabaya Post (SP) yang hampir digelar meskipun tak rutin terjadwal waktunya. Pada 2022 saat pertemuan itu diadakan di Malang, tercetuslah untuk membuat antologi puisi. Ditulis oleh mereka yang dulu pernah bekerja menjadi kuli tinta di media yang didirikan oleh A. Azis.
“Saat reuni saya membuat narasi yang bisa saja dikatakan sebagai puisi. Saat saya bacakan, banyak teman yang menangis mendengarnya. Beberapa ada yang meminta teksnya untuk disimpan. Jadi, rencana membuat antologi ini spontan,” kata Imung Mulyanto, pemantik ide yang menjadi project officer penerbitan.
BACA JUGA: Denny JA: Puisi Esai Jadi Terobosan Diplomasi Lewat Sastra
Mengapa puisi? Menurut pemikiran Imung, meski lebih dikenal sebagai jurnalis, para eks wartawan Surabaya Post banyak yang disebut penyair. “Nggak pakai rapat-rapat, nggak pakai kepanitiaan, nggak pakai kesuwen tak pancal dewe rencana itu sampai terwujudlah buku setebal 300 halaman ini,” terang Imung yang juga menulis dalam antologi.
Pertimbangan lainnya adalah karena puisi termasuk jenis tulisan yang masih bisa diselami secara cepat oleh para penulis tanpa harus melalui syarat yang ketat.
“Nggak harus mengikuti kaidah sastra yang berat dan rumit. Semua orang sebenarnya bisa bebas menulis puisi. Justru teman-teman ternyata bisa mencobanya kali ini,” ujarnya.
BACA JUGA: 5 Puisi Karya Joko Pinurbo yang Penuh Makna
Benar, sambutan dari para eks wartawan sangat besar. Apalagi Imung tak memberi batasan tentang bagaimana puisi yang diminta. “Selama masih mengarah ke tema silakan. Tidak pun tak masalah. Toh gambarannya memang setelah kami ini tak lagi di-deadline. Ya silakan itu yang ditulis,” ungkap Imung.
Bersama A. Azis, ada 38 eks wartawan Surabaya Post yang menulis puisi dalam antologi.-Harian Disway-
Dalam pandangan Imung, sejak Surabaya Post (SP) tak terbit lagi pada 2002, sesungguhnya para eks wartawan yang pernah bekerja di media Jawa Timur terbesar di eranya itu sejatinya tak pernah jauh-jauh dari menulis.
Setidaknya dari 39 nama yang ada dalam daftar penulis antologi itu, beberapa masih aktif bekerja di media. Yang tidak pun tetap terbiasa menulis meskipun tidak untuk diterbitkan.
BACA JUGA: Gelar Lomba Baca Puisi, Relawan Cakra Satya 08 Harap Prabowo-Gibran Perhatikan Nasib Seniman
Tapi yang pasti, suasana tenggat atau deadline tetap tak bisa dilupakan rasanya oleh semua eks wartawan SP. Ada hal yang mengasyikkan dengan deadline yang kerap membuat deg-degan karena berkejaran dan berpacu dengan waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: