Microfeminism, Bentuk Emansipasi Sehari-hari Ala Kartini Masa Kini

Microfeminism adalah bentuk feminisme yang mudah untuk dilakukan-Udita Jonnala-
HARIAN DISWAY - Raden Ajeng Kartini merupakan simbol perjuangan emansipasi wanita di Indonesia. Beliau memperjuangkan kesetaraan gender. Terutama dalam bidang pendidikan yang berhasil melahirkan generasi perempuan hebat.
Pada era modern ini, perjuangan emansipasi wanita menghadapi masalah yang berbeda. Mereka memperjuangkan keadilan dalam kejahatan seksual, kesetaraan dalam ranah profesi, dan melawan budaya patriarki yang mengakar.
Kartini masa kini hadir dalam tindakan-tindakan kecil yang sering dianggap remeh. Bahkan dilupakan. Perjuangan emansipasi wanita tidak harus dalam bentuk yang besar. Namun, bisa dimulai dari hal-hal kecil yang akan berdampak besar.
BACA JUGA:5 Sikap RA Kartini yang Bisa Diteladani dan Diterapkan dalam Keseharian
Apa Itu Microfeminism
Microfeminism adalah manifestasi dari feminisme yang mendorong perjuangan emansipasi wanita. Perjuangan itu dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana yang bisa dilakukan sehari-hari. Alih-alih melakukan sesuatu yang besar dan heroik, emansipasi dimulai dari hal di sekitar.
Microfeminism memperjuangkan emansipasi dari hal kecil--Freepik
Tentunya hal itu memberikan kesempatan bagi semua orang agar bisa berpartisipasi melawan ketidaksetaraan.
Microfeminism bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja. Terlebih bagi mereka yang baru memulai perjalanan feminisme.
Bentuk Microfeminism untuk Perjuangkan Emansipasi
1. Hentikan Candaan Seksis
Tidak jarang wanita mendengarkan candaan atau lontaran seksis yang merendahkan perempuan. Entah itu saat berkumpul bersama teman, keluarga, atau di lingkungan kerja. Itu yang masih menyebabkan wanita dianggap tidak setara.
BACA JUGA:Mengenal Internalized Misogyny, Seksisme Sesama Perempuan
Ketika Anda mendengar lelucon yang seksis, Anda bisa menanggapinya dengan ringan tapi tegas. Sadarkan bahwa beberapa hal tidak pantas untuk dibuat candaan.
Anda bisa mengatakan "Seksisme itu enggak lucu, lho." atau "Kok kayaknya merendahkan perempuan, ya?"
2. Pekerjaan Rumah Bukan Hanya untuk Wanita
Bagi pekerjaan rumah antara Anda dengan pasangan.--
Salah satu budaya patriarki yang sangat membandel adalah pemikiran bahwa pekerjaan rumah adalah tugas wanita. Seorang istri yang bekerja kini juga diharapkan untuk melakukan pekerjaan rumah setelah bekerja seharian.
Pekerjaan seperti memasak, mengurus anak, membersihkan rumah, adalah kewajiban yang perlu untuk ditanggung oleh kedua belah pihak.
Partisipasi pasangan sangat dibutuhkan untuk menghilangkan stereotip: bahwa pekerjaan rumah tugas wanita.
BACA JUGA:Membingkai Kartini, Potret, Kekuasaan, dan Representasi Perempuan
3. Menghargai Pilihan Perempuan
Mendapatkan otonomi untuk melakukan sesuai keinginan adalah hasil manis dari perjuangan feminisme. Sebelumnya, wanita didikte oleh keluarga dan suami mereka. Terkait apa yang harus mereka lakukan dan semacamnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: