Cerita Diaspora dari Marisa Tania: Di Antara Benang dan Kata

Cerita Diaspora dari Marisa Tania: Di Antara Benang dan Kata

Arsip dokumentasi kegiatan Marisa Tania di dunia fashion.--

Aku bisa menggambar sketsa, menganalisis siluet, dan menulis deskripsi runway dengan penuh warna. Tapi menjahit? Nol besar. Dan aku sadar, jalanku bukan di balik mesin jahit.

Yang banyak orang tidak mengerti, dunia fashion itu luas.

Ada fashion stylist, fashion photographer, fashion journalist, fashion PR and communication—bukan cuma fashion designer. Di titik itulah mataku mulai terbuka.

Akhirnya aku mengarahkan fokus ke fashion journalism.

Aku mulai magang di Dewi Magazine, di Jakarta. Aku diajak meliput fashion show para desainer Indonesia, lalu balik ke kantor, duduk diam mengetik artikel editorial—walau cuma di pojokan—menulis mimpi yang kulihat di catwalk.

Magang itu jadi titik balik. Aku sadar: aku tidak ingin membuat fashion. Aku ingin menceritakannya.

Sejak kecil, aku sering ikut lomba karya ilmiah dan cukup sering menang. Tapi di sisi lain, aku juga selalu tertarik pada dunia desain.

Mungkin memang masuk akal kalau S1-nya fashion journalism, S2-nya computer science.

Manusia itu kompleks—nggak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "otak kiri" atau "otak kanan", antara kreativitas dan logika, atau dipaksa memilih antara bidang ilmiah dan sosial.

Aku selalu merasa berada di antara keduanya: suka berpikir logis, tapi juga ingin membangun dan merawat sisi artistik dalam diriku.

Bagaimana dengan kamu?(Marisa Tania-Bersambung...) 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Cerita Diaspora Marisa Tania Berjudul Cerita Diaspora dari Marisa Tania: Ketika Hidup Tak Lurus-Lurus Saja, Dari Surabaya ke Silicon Valley 

Leong Putu

Seandainya duluuuuuuu itu saya konsisten dengan kerjaan saya, mungkin saat ini saya menjadi salah satu dari jutaan diaspora Indonesia. Minimal Saya bisa tinggal di Jepang atau mungkin Jerman. Sayang waktu itu saya kepincut kerjaan yang terlihat lebih "mapan". Seandainya dulu tetap konsisten jadi anak pantai. Tapi bahagia itu, bukan yang "seandainya" tapi yang saya jalani saat ini dan syukuri.

Jimmy Marta

Sepertinya sudah menjadi dna bagi seorang Marisa. Kalau dianya seorang yg cerdas dan berkemauan keras. Tak ada masalah dg ekonomi, maka jadilah Marisa mampu melewati jalan berliku. Kepuasan meng aktualisasi diri adalah ujung tekadnya. Cerdas, tekun dan kepuasan dengan yang dijalani, yang lain lain pasti akan mengikuti.

Herry Isnurdono

Hebat Marisa....anda memulai kuliah, bukan dengan latar belakang Informatika (seperti Binus Jakarta) tapi bisa menggeluti dunia IT dan kuliah IT di USA. Melihat berbagai penghargaan yg diraihnya, Marisa ini tidak kaleng2. Berani memulai dunia yg berbeda, yg sebelumnya tidak dijalaninya. Juga tidak menyerah melihat kawan2 kuliahnya sudah lebih dulu mempelajari codding di usia 5 th. Melihat mas Wapres Gibran utk mewujudkan pelajaran AI di SLTA, tidak salah kalau kita mau maju, utk mewujudkan ketrampilan anak muda dibidang IT. Contoh nyata film animasi Jumbo, sebentar lagi melewati angka 9 juta penonton, melewati jml penonton film Agak Laen. Jumbo bukan pekerjaan mudah. Film animasi dengan pembuatan selama 4 th, sutradaranya menyelesaikan kuliah film animasi di USA (New York). Dengan biaya tidak murah. Tapi hasilnya tidak kalah dengan film animasi dari luar negeri (USA). Kita tunggu Marisa utk berkarya, berkontribusi nyata. Entah itu di USA maupun di tanah air, jika nanti balik ke Indonesia. Marisa ini ternyata Chindo ya, bukan pribumi.....memang kita harus banyak belajar dari Chindo, dari semangatnya, pekerja keras, ulet dan tekun serta berani mencoba dunia lain dinegeri orang. Ayo bagi yang mau kabur ke LN, dipersilahkan.....malu sama Marisa.

Ardi Suhamto

(Komentar Diaspora) Buat anak2 muda yg berpikir enak ya jadi diaspora, coba bandingin dulu sama mereka2 yg sdh jadi diaspora: 1. Ga bisa tidur 8 jam sehari. Lebih banyak ga tidurnya karena harus belajar, tugas, deadline 2. Harus punya skill kerja keras, dan kerja smart. Bahasa inggris harus lancar 3. Harus berani ambil keputusan dalam waktu singkat (ga bisa mikir dulu s.d 1 minggu ke depan), dan harus berani ambil kesempatan. Buat yg masih mager2an, main game mobile lejen atau FF, hidup sama ortu atau malas memberikan lebih buat perusahaan, lupakan deh sukses jadi diaspora.

Anda bisa memberikan komentar tulisan ini di kolom komentar Catatan Dahlan Iskan berjudul: Umuk Ijazah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: