Moderasi Beragama Kunci Harmoni dan Perdamaian di Tengah Keberagaman

Moderasi beragama menjadi kunci dalam menjaga harmoni Indonesia di tengah keberagaman dan arus tantangan intoleransi yang terus berkembang.-cxrouxellaaa-Pinterest
Selain itu juga untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, indonesia sudah dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu). Moderasi beragama menjadi salah satu wujud nyata penerapan semboyan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap moderat membantu masyarakat untuk melihat perbedaan sebagai kekayaan, bukan ancaman. Menurut survei The Asia Foundation tahun 2022, 72% masyarakat Indonesia setuju bahwa dialog antarumat beragama penting untuk menjaga persatuan nasional.
BACA JUGA:Kemenag Perkuat Moderasi Beragama, Indeks KUB Terus Meningkat
Moderasi beragama menyediakan landasan bagi dialog tersebut agar berlangsung dengan rasa saling menghormati dan keterbukaan. Di sisi lain juga mendukung pembangunan sosial dan ekonomi, konflik agama yang berkepanjangan akan menghambat pembangunan sosial dan ekonomi.
Negara-negara yang berhasil menjaga moderasi beragama cenderung lebih stabil dan berkembang pesat. Stabilitas sosial adalah kunci utama untuk menarik investasi, meningkatkan kualitas pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat.
Contoh konkret adalah negara-negara yang berhasil menjaga moderasi, seperti Malaysia dan Singapura, yang meskipun juga beragam secara agama, tetap mampu meraih kemajuan ekonomi yang pesat. Indonesia pun berpotensi besar jika moderasi beragama benar-benar ditegakkan.
BACA JUGA:Mencegah Konflik, Mengembangkan Moderasi Beragama
Meskipun penting, penerapan moderasi beragama tidaklah mudah. Ada beberapa tantangan utama yang perlu diatasi seperti pengaruh media sosial yang tidak terkendali sering kali menjadi tempat penyebaran ujaran kebencian dan hoaks yang memicu intoleransi.
Sekitar 60% konten negatif terkait agama menyebar lewat media sosial, menunjukkan betapa pentingnya moderasi beragama untuk menangkal radikalisme digital. -CBN-Pinterest
Sekitar 60% konten negatif terkait agama tersebar lewat platform digital menurut riset Kominfo tahun 2023. Kurangnya pendidikan agama yang moderat, pendidikan agama yang diajarkan secara ekstrem dan tidak inklusif di beberapa tempat dapat menimbulkan pemahaman yang sempit dan intoleran.
Ditambah dengan politik Identitas di beberapa kelompok atau individu memanfaatkan sentimen agama untuk kepentingan politik, sehingga memperuncing perbedaan dan menimbulkan konflik.
BACA JUGA:Tantangan Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama
Untuk menghadapi tantangan tersebut, ada beberapa langkah penting yang bisa diambil seperti pendidikan moderasi sejak dini, Sistem pendidikan harus menanamkan nilai-nilai toleransi dan moderasi beragama sejak sekolah dasar.
Kurikulum yang inklusif dan mengajarkan keberagaman agama dengan cara yang positif akan membentuk karakter anak-anak yang terbuka dan menghormati perbedaan. Penguatan Peran Tokoh Agama dan Masyarakat, tokoh agama moderat memiliki peran penting dalam menyebarkan pesan damai dan toleransi kepada umatnya.
Dukungan aktif dari tokoh masyarakat juga diperlukan untuk menguatkan ikatan sosial yang harmonis. Selanjutnya didukung dengan pengawasan dan Regulasi Media Sosial, pemerintah dan platform digital harus bekerja sama untuk mengawasi dan menindak konten yang memicu intoleransi dan ujaran kebencian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: