Mencegah Konflik, Mengembangkan Moderasi Beragama

Mencegah Konflik, Mengembangkan Moderasi Beragama

ILUSTRASI mencegah konflik, mengembangkan moderasi beragama. Unair mengadakan seminar moderasi beragama untuk mengikis ekstremitas beragama.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DI penghujung bulan Ramadan, Universitas Airlangga menggelar seminar yang penting tentang penguatan moderasi beragama bagi civitas academica di perguruan tinggi. Tema seminar yang diselenggarakan Universitas Airlangga bekerja sama dengan Balai Litbang Agama Semarang adalah moderasi beragama

Seminar diselenggarakan di Ruang Ternate, ASEEC Tower, Universitas Airlangga, 3 April 2024.

Seminar dihadiri lebih dari 200 mahasiswa dari Universitas Airlangga, ITS, UINSA, Unesa, dan Universitas Petra Surabaya, pimpinan fakultas, direktur dan kepala badan di lingkungan Universitas Airlangga, serta para dosen. 

BACA JUGA: Gus Ipul Resmikan Kampung Moderasi Beragama Kota Pasuruan

Seminar kali ini sengaja mengusung tema arti penting moderasi beragama. Sebab, di Indonesia persoalan bagaimana umat mengembangkan sikap dan perilaku beragama harus diakui masih menyisakan masalah. 

Meski setiap ajaran agama selalu mengajarkan hal-hal yang baik, cara setiap umat menafsirkan ajaran agama itu tidak selalu berjalan moderat. 

Tidak jarang masih ada umat yang bersikap dan berperilaku ekstrem dalam beragama sehingga menimbulkan riak-riak sosial-politik yang mengganggu stabilitas, kedamaian, dan keharmonisan hidup masyarakat Indonesia yang multipluralis.

BACA JUGA: Usung Moderasi Beragama, Kuatkan Nasionalisme

Dalam seminar kali ini, dua narasumber yang hadir adalah Lukman Hakim Saifuddin (menteri agama periode 2014–2019) dan Prof Suyitno (kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama). Acara dibuka Rektor Universitas Airlangga Prof Muhammad Nasih.

Dalam sambutannya, rektor menegaskan arti penting seminar itu sebagai momen untuk melakukan refleksi kita sebagai umat yang menghargai harus menyadari dan menghargai keberagaman. 

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keragaman dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai etnis, budaya, hingga agama. Untuk memastikan agar bangsa Indonesia hidup dalam kedamaian dan harmoni, yang harus dihindari jangan sampai umat terjebak pada ekstrem kanan dan ekstrem kiri. 

BACA JUGA: Jazz Moderasi

Sebagai bangsa, kita harus hidup dalam kurva normal. Jangan sampai terjadi ada umat yang hidup di luar kurva normal dan menjadi outlier dari komunitas-komunitas normal. 

Rektor dalam sambutannya menyatakan bahwa kita harus meyakini bahwa setiap agama mempunyai tujuan dan sasaran yang tentu adalah tujuan dan sasaran yang baik. Agama merupakan media untuk meraih tujuan mulia baik hari ini, besok, ataupun waktu-waktu yang akan datang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: