Mencegah Konflik, Mengembangkan Moderasi Beragama

Mencegah Konflik, Mengembangkan Moderasi Beragama

ILUSTRASI mencegah konflik, mengembangkan moderasi beragama. Unair mengadakan seminar moderasi beragama untuk mengikis ekstremitas beragama.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Menurut Prof Nasih, agama sesungguhnya adalah rahmat. Dalam hidup beragama, harus ada keseimbangan (adil) antara sedih dan gembira, antara ancaman dan harapan. Anggota civitas academica harus terus berusaha mencari pengetahuan, meningkatkan kualitas hidup dan kualitas keagamaan yang baik. 

Beragama yang baik adalah bersikap dan berperilaku yang moderat –yang tidak terjebak dalam sikap ekstrem yang bisa membahayakan sistem sosial Indonesia.

 

AGAMA DAN BERAGAMA

Lukman Hakim Saifuddin yang diundang  sebagai pembicara utama seminar sebetulnya sudah merangkum apa yang disampaikan dalam buku yang ditulisnya yang berjudul Moderasi Beragama, Tanggapan Atas Masalah, Kesalahpahaman, Tuduhan, dan Tantangan yang Dihadapinya

Buku itu pertama diterbitkan pada 2022 dan sekarang sudah dicetak ulang hingga 10 kali. Buku yang ditulis Lukman itu secara mendalam telah membahas isu-isu apa yang timbul di balik gagasannya untuk memperkenalkan dan menyosialisasikan arti penting moderasi beragama. 

Menurut Lukman, untuk memahami berbagai problem atau fenomena yang muncul di masyarakat secara mendasar, perlu dipahami bahwa agama dan beragama adalah dua terma yang berbeda. Agama adalah ajaran Tuhan, sedangkan beragama adalah cara memahami dan mengamalkan ajaran itu. 

Konflik, pertikaian, dan perselisihan yang timbul di masyarakat –baik secara terbuka maupun yang masih terpendam seperti bara api yang belum timbul menjadi konflik yang eksplosif– sesungguhnya bersumber dari cara pandang dan pemahaman yang keliru tentang bagaimana beragama.

Di berbagai daerah, konflik antar penganut agama acap kali muncul ketika beragama dimaknai secara mutlak sebagai agama, lalu saling memaksakan klaim kebenaran atas cara beragama yang beragam itu kepada pihak lain –bahkan jika perlu dengan ancaman dan tindak kekerasan. 

Sejarah telah banyak membuktikan, masyarakat Indonesia sejak awal kelahirannya merupakan masyarakat yang multipluralis, sering kali direduksi dan dipaksakan menjadi masyarakat yang homogen. 

Dalam beberapa kasus bahkan terkadang terjadi dominasi kelompok mayoritas yang mendiskreditkan kelompok minoritas yang diperlakukan sebagai the others. Bukan hanya konflik antarumat beragama yang berbeda, bahkan antarumat dalam agama yang sama pun tidak sekali-dua kali terjadi konflik terbuka. 

Seperti dikatakan Prof Suyitno, di kalangan umat beragama terkadang mereka menggunakan diksi-diksi yang berpotensi memicu munculnya kebencian antarumat. Bahkan, yang memprihatinkan, terkadang orang meneriakkan takbir sembari membakar tempat ibadah karena dianggap berbeda.

 

ARTI PENTING MODERASI BERAGAMA

Untuk mencegah dan menangani agar keberagaman tidak menjadi hal yang kontraproduktif, apalagi menggerogoti kedamaian bangsa Indonesia, kuncinya tak pelak adalah moderasi beragama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: