Bangkit Itu Bukan Seremoni

Bangkit Itu Bukan Seremoni

Lahirnya organisasi Boedi Oetomo yang jadi cikal bakal peringatan Hari Kebangkitan Nasional.--ist

Kita memang tidak anti kemajuan. Namun, kita mungkin gelisah ketika kemajuan tidak diikuti kematangan. Kita butuh bangkit. Namun, bukan dalam bentuk parade seremonial dan jargon klise.

Bangkit yang kita maksud adalah saat bisa mengajar, guru tidak takut dilaporkan karena mendisiplinkan murid. Saat pemimpin tak hanya bicara soal pembangunan fisik, tapi juga peradaban. 

Saat kampus tak cuma jual ijazah, tapi jadi laboratorium kebangsaan. Saat rakyat kecil merasa negara ini masih peduli kepadanya. Itu baru kebangkitan.

PERLU ”BOEDI OETOMO” GAYA BARU

Kita butuh ”Boedi Oetomo” baru. Bukan dalam bentuk organisasi, melainkan dalam bentuk gerakan nurani kolektif.

Bisa jadi, itu lahir dari anak muda yang berani jujur di media sosial meski ditertawakan. Bisa jadi dari kepala desa yang tetap lurus walau dikucilkan. Bisa juga dari dosen, jurnalis, birokrat, atau siapa saja yang berani menjadi waras di tengah kebisingan. 

Mereka bukan tokoh, melainkan pejuang senyap.

Bangsa ini tidak akan bangkit dari atas. Tetapi akan bangkit dari bawah. Dari orang-orang biasa yang memilih jalan luar biasa.

BANGKIT ATAU TERGERUS?

Tahun ini kita masuk era pemerintahan baru. Banyak yang berharap, tak sedikit yang cemas. Namun, jangan biarkan harapan kita hanya disandarkan kepada satu figur. Bangkit itu tanggung jawab semua, bukan cuma presiden.

Di tengah disrupsi teknologi, politik yang membelah, dan kemiskinan yang tetap membandel, kita tidak bisa menunggu semua ideal dulu, baru mau bergerak.

Sebab, sesungguhnya, bangsa ini tidak sedang kekurangan sumber daya. Yang kita kurang adalah orang-orang yang berani berpikir jernih dan bertindak benar. Mereka tidak viral, tapi pilar.

Dalam semangat Hari Kebangkitan Nasional ini, ICMI Jawa Timur mengajak seluruh cendekiawan muslim di mana pun berada, ”marilah kita menjadi cahaya dalam kegelapan zaman, penuntun di tengah kebingungan umat, dan pelopor dalam membangun peradaban bangsa yang bermartabat”. 

Kebangkitan sejati bukan sekadar keberhasilan materi, melainkan keberanian menegakkan nilai kejujuran, keilmuan, keberpihakan kepada rakyat kecil, dan keberanian bersuara di tengah sunyi nurani publik.

Mari kita bangkit dengan ilmu. Bergerak dengan adab. Berkontribusi dengan integritas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: