Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (6): Bertualang Menjelajah Paris di Bawah Tanah

Kota Paris yang mempunyai luas 105,4 km², terdapat 244 stasiun, dengan jarak rata-rata antar-stasiun hanya sekitar 562 meter.-I.G.A.K Satrya Wibawa-
HARIAN DISWAY - Seperti halnya Singapura, akses transportasi publik juga sangat mudah di Paris. Menggunakan MRT atau Metro di kota ini adalah bagian dari keseharian, bukan menjadi bagian pencitraan.
Awalnya, saya termakan imaji ketakutan yang disebarkan media sosial bahwa Metro Paris adalah sarang copet. Namun, kini, saya lebih merasakan kenyamanan daripada keresahan. Buat saya, menikmati perjalanan menggunakan Metro ibarat petualangan menjelajahi Paris di bawah tanah.
Paris Metro, dengan 321 stasiun yang tersebar di 16 jalur berbeda, merupakan salah satu jaringan kereta bawah tanah terpadat dan tersibuk di dunia. Dalam wilayah kota Paris yang hanya seluas 105,4 km², terdapat 244 stasiun, dengan jarak rata-rata antar-stasiun hanya sekitar 562 meter.
Untuk rutinitas sehari-hari seperti ke kantor, I.G.A.K Satrya Wibawa lebih memilih naik Metro. -I.G.A.K Satrya Wibawa-
BACA JUGA:Trump Digugat Rakyat Sendiri, 12 Negara Bagian Ajukan Gugatan Terhadap Kebijakan Tarif Impor
Panjang total lintasan mencapai 245,6 km, sebagian besar berada di bawah tanah, melayani sekitar 4,1 juta penumpang setiap harinya atau hampir 1,5 miliar penumpang per tahun. Namun, sayangnya, hanya 9 stasiun yang sepenuhnya ramah kursi roda, menjadikan aksesibilitas sebagai tantangan besar yang masih dihadapi.
Dengan lebih dari 700 rangkaian kereta yang terus beroperasi, Métro Paris tak sekadar alat transportasi, tetapi juga tulang punggung ritme urban yang dinamis—yang kini tengah diperluas lebih jauh lewat megaproyek Grand Paris Express yang akan menambah puluhan stasiun baru hingga 2031.
Rutinitas sehari-hari ke kantor, saya lebih memilih naik Metro. Selain memaksa diri untuk olahraga, setiap gerbong, setiap saat selalu ada drama atau narasi manusia yang saya saksikan. Olahraga? Iya, sepanjang yang saya tahu, sangat jarang stasiun Metro dilengkapi tanggal otomatis atau lift. Jadi, bisa dibayangkan kalau membawa koper, turun sejauh hampir 20 meter ke bawah naik tangga. Sehari bolak-balik bisa turun 10 kilogram.
BACA JUGA:Tiongkok Melirik ASEAN, Xi Jinping Lawatan ke Tiga Negara
Yang juga menarik, setiap stasiun selalu beda tema. Disesuaikan dengan wilayah tempat stasiun tersebut. Jadi, tidak monoton. Saya menuruni tangga marmer di stasiun métro Abbesses, dan udara bawah tanah langsung terasa seperti AC alami—dingin sekali, seolah Paris sengaja menaruh kulkas raksasa di sana. Lampu kuning remang menyorot ubin krem yang bersih tapi berisik di bawah tapak sepatu saya.
Dalam sekejap, saya merasa seperti agen rahasia yang sedang menjalani misi tersembunyi: menembus kerlip lampu, menembus riuh kota. Saat kereta tiba, pintunya terbuka nyaris bisu—praktis tanpa basa-basi. Aroma kopi sisa sarapan bercampur parfum berkelas membuat saya berpikir, ”Seandainya bisa dikurasi, mungkin ini bakal jadi varian cappuccino baru”.
Saya memilih berdiri, pegangan pada tiang besi dingin sambil menatap para penumpang: mahasiswa dengan jaket kebesaran yang sepertinya menyimpan setengah isi lemari, pegawai kantoran berjas rapi, hingga turis yang sibuk memperdebatkan peta di ponsel—seolah itu adalah skripsi terakhir yang harus diselesaikan.
Paris Metro, dengan 321 stasiun yang tersebar di 16 jalur berbeda, merupakan salah satu jaringan kereta bawah tanah terpadat dan tersibuk di dunia.-I.G.A.K Satrya Wibawa-
BACA JUGA: Bertandang ke Mongolia Dalam, Tiongkok (1): Ber-14 Aman dengan Travel Agent
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: