Kenali Talent DNA, Kunci Baru dalam Pengelolaan Kehumasan

ILUSTRASI Kenali Talent DNA, Kunci Baru dalam Pengelolaan Kehumasan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Saya teringat satu momen saat terjadi kegaduhan media sosial karena isu pelayanan publik di daerah. Seluruh tim panik, sebagian tergoda untuk langsung ”klarifikasi” di akun resmi. Namun, justru seorang staf kami yang biasanya pendiam –sebut saja A– menyodorkan pendekatan yang berbeda.
Ia menganalisis nada percakapan publik, memetakan komentar berdasarkan sentimen, lalu menyusun naskah respons yang halus, tapi tegas.
Ternyata, hasil talent DNA A memang menunjukkan kekuatan di area analitis-tenang dan pemikir strategis. Ia bukan yang paling vokal di ruang rapat, tapi saat krisis datang, ia adalah jangkar stabil tim kami. Hari itu, krisis tak hanya diredam. Kami justru dipuji karena cara komunikasi yang dewasa dan terukur.
HUMAS: ANTARA SENI, STRATEGI, DAN SENSITIVITAS
Banyak orang mengira humas itu hanya ”jago ngomong”. Padahal, humas sejati harus bisa jadi diplomat, psikolog, bahkan kadang-kadang jadi detektif yang peka membaca perubahan sikap publik.
Nah, pendekatan talent DNA membantu kita memahami siapa-siapa di dalam tim yang punya kecenderungan alami untuk, pertama, membangun relasi: cocok untuk media relations atau public engagement.
Kedua, mengelola tekanan: ideal jadi spokesperson saat krisis melanda.
Ketiga, berpikir sistematis: strategis untuk membuat narasi dan road map komunikasi jangka panjang.
Dengan tahu talent DNA setiap anggota tim, kita tidak hanya bekerja lebih efektif, tetapi juga lebih tenang dan lega. Tidak semua orang harus jago di semua bidang. Yang penting, tahu di mana letak kekuatannya.
DARI HR KE HUMAS, KINI JADI KEBUTUHAN
Selama ini, pendekatan seperti itu lebih dikenal di dunia korporasi atau HR. Tapi, saat ini instansi pemerintahan, lembaga publik, bahkan startup mulai meliriknya. Saya sendiri, sebagai humas di lingkungan pemerintah daerah, merasakan manfaatnya.
Ketika anggota tim diberdayakan sesuai talent DNA-nya, hasil kerja lebih cepat, suasana tim lebih cair, dan tentu saja –respons publik pun lebih positif.
Apalagi, di tengah era digital yang penuh noise, kehumasan tidak bisa hanya mengandalkan ”jam terbang”. Harus ada inner drive yang sesuai dengan peran. Dan, itu hanya bisa kita gali kalau kita tahu dulu: siapa kita sebenarnya.
HUMAS JUGA MANUSIA
Pada akhirnya, keberhasilan kehumasan bukan hanya soal narasi yang bagus, melainkan juga siapa yang menyampaikannya dan bagaimana ia menyampaikannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: