Ketahanan Fisik, Ketahanan Spirit, dan Potensi Imunitas

ILUSTRASI Ketahanan Fisik, Ketahanan Spirit, dan Potensi Imunitas.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
KEKUATAN fisik sering menjadi patokan dalam menilai ketahanan manusia. Seorang atlet dengan otot kokoh, seorang prajurit dengan stamina prima, atau seorang petani dengan daya tahan kerja luar biasa –semua dianggap simbol ketahanan.
Namun, sejarah dan realitas membuktikan bahwa fisik saja tidak cukup. Bahkan, pasukan dengan perlengkapan tercanggih pun bisa kalah jika mentalnya runtuh. Sebagaimana sniper yang tangannya bergetar saat melihat targetnya adalah sahabat karib –fisik takluk oleh gemuruh batin.
Dalam pandangan Islam, tubuh adalah amanah dan alat, bukan penentu nilai utama. Q.S. Al-Hujurat (49):13 menyatakan bahwa yang paling mulia bukanlah yang paling kuat fisik, melainkan yang paling bertakwa. Artinya, ketahanan fisik perlu disertai ketahanan qalbu agar menjadi kekuatan utuh.
Dalam psikologi modern, pendekatan biopsikososial juga menempatkan fisik sebagai satu pilar saja di antara mental dan sosial. Maka jelas, ketahanan fisik adalah perlu, tapi tidak pernah cukup.
KETAHANAN SPIRIT: PILAR UTAMA KETAHANAN
Nabi Muhammad SAW menyatakan, ”Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan jasad kalian, tetapi melihat hati dan amal kalian.” (H.R. Muslim No. 2.564). Dalam logika ilahiah, qalbu adalah komando utama. Dalam Q.S. Al-Anfal (8):65, Allah SWT menegaskan bahwa 20 orang yang sabar bisa mengalahkan 200 orang kafir.
Itu bukan rasio kekuatan fisik, melainkan kekuatan sabar dan ruhani. Dalam tafsir Ibnu Katsir dan Al-Razi, yang disebut menang adalah yang imannya kokoh, sabarnya mantap.
Kisah Thalut dan Jalut memperkuat itu. Daud muda, dengan tubuh mungil, melawan Jalut yang gagah. Tapi, yang menang adalah iman dan keberanian ruhani. Dalam Perang Badar, 313 pasukan muslim melawan 1.000 kafir Quraisy. Secara fisik kalah telak, tapi menang mutlak karena spirit.
Itu bukan hanya kisah sejarah, melainkan juga pelajaran teologis dan psikologis: ketahanan spiritual (iman, sabar, tekad) lebih menentukan daripada kekuatan otot dan jumlah pasukan.
Dalam sejarah Islam, Perang Badar menjadi momen monumental. Pasukan muslim yang hanya berjumlah 313 orang, tanpa persiapan militer besar, mampu mengalahkan pasukan kafir Quraisy yang tiga kali lipat lebih besar dan lebih bersenjata.
Kemenangan itu terjadi karena mereka memiliki kekuatan ruhani yang kokoh: keimanan, cinta kepada Rasulullah SAW, dan keyakinan bahwa mati di jalan Allah bukan kehancuran, melainkan kemuliaan.
Dalam Q.S. Al-Baqarah (2): 249–251, dikisahkan pasukan Thalut yang sedikit jumlahnya mengalahkan pasukan Jalut yang kuat dan besar: ”Berapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah? Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.”
Dalam kisah itu, Nabi Daud AS yang masih muda dan tampak lemah justru berhasil membunuh Jalut, seorang panglima raksasa. Kemenangan tersebut bukan karena senjata atau latihan militer, melainkan karena keberanian dan keyakinan spiritual yang teguh. Itu membuktikan bahwa spirit mengalahkan massa.
Dalam dunia medis, konsep imunitas tubuh diterima secara global. Makin modern, makin banyak bukti bahwa imunitas spiritual memiliki kontribusi signifikan terhadap kesehatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: