Ketahanan Fisik, Ketahanan Spirit, dan Potensi Imunitas

Ketahanan Fisik, Ketahanan Spirit, dan Potensi Imunitas

ILUSTRASI Ketahanan Fisik, Ketahanan Spirit, dan Potensi Imunitas.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Penelitian psikoneuroimunologi (PNI) menunjukkan bahwa individu yang memiliki keyakinan spiritual yang kuat memiliki tingkat hormon stres (kortisol) lebih rendah, variabilitas detak jantung (HRV) lebih stabil, dan sistem imun lebih aktif (misalnya, sel NK dan limfosit T meningkat).

Dalam kajian kuantum medis, gelombang niat dan emosi dapat memengaruhi struktur molekul dan medan energi tubuh. Sebagaimana ditunjukkan eksperimen Masaru Emoto pada air, kata-kata dan niat positif membentuk kristal yang harmonis, sedangkan kata negatif menciptakan kekacauan. 

Tubuh manusia yang 70 persen terdiri atas air pun bereaksi terhadap spirit, bukan sekadar fisik.

SPIRIT: SUMBER ENERGI KUANTUM

Dalam mekanika kuantum, dikenal istilah observer effect –pengamatan manusia bisa memengaruhi partikel subatomik. Itu berarti kesadaran, niat, dan gelombang spiritual seseorang dapat mengubah kenyataan fisik secara nyata. 

Kesadaran memiliki peran penting dalam membentuk realitas fisik, termasuk dalam membangun imunitas optimal individu. Praktik kesadaran seperti mindfulness dan meditasi telah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan fungsi sistem imun.

Sebuah tinjauan sistematis terhadap 20 uji coba terkontrol secara acak (RCT) menemukan bahwa meditasi mindfulness memberikan efek positif pada tiga proses utama sistem imun: mengurangi peradangan, meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami (natural killer cells), dan meningkatkan respons antibodi terhadap vaksin.  

Selain itu, penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa intervensi berbasis mindfulness dapat meningkatkan fungsi sistem imun, kesehatan kardiovaskular, tekanan darah, kadar kortisol, kualitas tidur, dan mengurangi nyeri kronis.  

Studi lain yang dipublikasikan di ScienceDirect mengungkapkan bahwa intervensi pikiran-tubuh (mind–body interventions) seperti meditasi dapat menurunkan kadar sitokin proinflamasi dan meningkatkan faktor anti-inflamasi serta antivirus, yang berkontribusi pada peningkatan fungsi imun.  

Dalam berbagai literatur ilmiah terkini, praktik mindfulness dan meditasi diakui sebagai strategi psiko-neuroimunologis yang efektif dalam meningkatkan imunitas tubuh. 

Sebuah tinjauan sistematis dalam Clinical Psychology Review (2022) menyimpulkan bahwa mindfulness meditation mengurangi inflamasi (IL-6, CRP), menurunkan kortisol, dan meningkatkan sel NK serta respons antibodi vaksin.

Hal itu sangat selaras dengan praktik salat khusyuk dalam Islam, yang pada intinya adalah meditasi aktif dengan fokus penuh kepada Allah, disertai gerakan ritmis, pengaturan napas, dan pelafalan kalimat suci. 

Menurut Frontiers in Psychology (2024), efek neurofisiologis meditasi juga mencakup aktivasi sistem saraf parasimpatik, peningkatan HRV, serta penguatan sirkuit prefrontal –yang semua itu juga dapat diobservasi pada pelaku salat khusyuk dengan frekuensi konsisten.

Salat khusyuk merupakan bentuk mindfulness Islam yang orisinal, menyatukan kesadaran ruhani, somatik, dan kognitif dalam satu ritual yang tidak hanya berdampak spiritual, tetapi juga fisik-imunologis.

Banyak contoh modern tentang keunggulan ketahanan spirit. Seorang ibu yang sakit, tapi terus menguatkan diri demi anak-anaknya bisa bertahan lebih lama daripada prediksi medis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: