Ketahanan Fisik, Ketahanan Spirit, dan Potensi Imunitas

ILUSTRASI Ketahanan Fisik, Ketahanan Spirit, dan Potensi Imunitas.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Seorang pejuang Palestina yang secara fisik dikepung dan kelaparan bisa melawan tank dengan batu karena punya kekuatan qalbu yang kokoh: iman kepada syahid.
Pasien kanker yang memiliki semangat hidup, motivasi spiritual, dan keimanan yang tinggi cenderung menunjukkan proses penyembuhan yang lebih baik daripada mereka yang kehilangan harapan. Hal itu didukung oleh berbagai penelitian internasional terkini.
Studi di Peru tahun 2025 menemukan bahwa spiritualitas memiliki korelasi positif yang signifikan dengan ketahanan psikologis pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan radioterapi. Dimensi keyakinan spiritual menunjukkan asosiasi yang lebih kuat dengan ketahanan daripada praktik spiritual, dengan nilai korelasi sebesar rₛ = 0,56 (p < 0,001) .
Penelitian terhadap 398 pasien kanker di Iran menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual secara signifikan memprediksi tingkat ketakutan terhadap progresi kanker.
Analisis regresi sederhana mengungkapkan bahwa kesejahteraan spiritual memiliki pengaruh signifikan terhadap ketakutan akan perkembangan kanker (R² = 0,064, F = 27, p < 0,001).
Lebih lanjut, tinjauan sistematis yang diterbitkan tahun 2024 menyoroti peran penting spiritualitas dan religiositas dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.
Dari 53 studi yang melibatkan 13.590 pasien dengan berbagai jenis kanker, ditemukan bahwa kesejahteraan spiritual dan coping religius secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup, pengurangan stres, peningkatan mekanisme coping, dan hasil pengobatan yang lebih baik.
Temuan-temuan itu menegaskan bahwa integrasi dukungan spiritual dalam perawatan pasien kanker dapat memberikan dampak positif yang signifikan.
Dalam dunia yang makin materialistis dan menuhankan kekuatan fisik, kita perlu kembali meneguhkan keyakinan bahwa kekuatan spiritual adalah inti dari segala ketahanan.
Kekuatan mental, kesabaran, dan kedalaman qalbu tidak hanya menentukan kemenangan di medan perang, tetapi juga kesembuhan dari penyakit, ketahanan menghadapi bencana, dan kelanggengan jiwa dalam kehidupan.
Imam Al-Ghazali (Ihya’ Ulumuddin) menjelaskan bahwa hati adalah raja, tubuh adalah prajuritnya. Jika qalbu kuat, seluruh sistem tubuh kuat. Jika qalbu lemah, fisik sehebat apa pun tak banyak berarti.
Karena itu, ayo kita utamakan ketahanan spirit di atas ketahanan fisik. Sehatkan qalbu, ikhlaskan niat, pancarkan getaran ilahiah agar tubuh menjadi medan kemenangan –bukan hanya sisi fisik, melainkan karena cahaya hati yang memancarkan cahaya Ilahi. (*)
*) Abdurachman adalah guru besar anatomi FK Universitas Airlangga, mengembangkan anatomi karakter dan spiritual medis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: