Maling Motor Menggila di Surabaya Raya (2): Tak Mudah Melacak Penadah

Maling Motor Menggila di Surabaya Raya (2): Tak Mudah Melacak Penadah

Forum Group Diskusi Wawasan Series: Curanmor Meresahkan, Aksi Kita Menentukan yang digelar di Hal Suara Surabaya Center, Rabu, 4 Juni 2025.-Suara Surabaya Media-

Pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) sekarang sudah berbeda pola. Jauh berbeda dengan yang terjadi di awal tahun 2000-an. Pola baru itu menuntut penanganan yang berbeda pula dalam pengungkapan.

Pola itu termasuk jaringan pelaku dan penadahnya. Jauh berbeda dengan sebelumnya. “Sekarang banyak pemain baru yang bergerak secara individu atau malah ada pelaku dadakan,” terang AKBP Arbaridi Jumhur, Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur dalam Forum Group Discussion Wawasan Series: Curanmor Meresahkan, Aksi Kita Menentukan yang digelar di Hal Suara Surabaya Center, Rabu, 4 Juni 2025.

Dulu pelaku curanmor berupa sindikat. Beberapa orang beraksi bersama-sama secara bersamaan. Mereka selalu ‘bekerja’ dengan tim yang sama. Anggota sindikat curanmor ini biasanya beranggotakan 4-5 orang. Mereka berbagi tugas antara yang mencari sasaran, mengawasi lokasi, dan eksekutornya. Juga ada yang bertugas melempar hasil kejahatan ke penadahnya.

Karenanya, dulu saat satu orang tertangkap, satu sindikat bisa ditumpas tuntas. Beberapa kawasan menjadi gudang pelaku. Termasuk alur ke penadahnya lebih mudah diungkap. 

BACA JUGA:Maling Motor Menggila di Surabaya Raya (1): Teror Curanmor Makin Horor

BACA JUGA:Pelaku Curanmor di Tebet Bersenjata Api, Tembak Pemilik Motor Saat Beraksi

Memang Madura, termasuk Bangkalan adalah sasaran terbesar sebagai tempat menjual motor curian. Tahun 2025 saja, ada 80 persen motor curian yang dilarikan ke Pulau Garam tersebut.

“Sebenarnya, Madura (bukan hanya Bangkalan) bukan satu-satunya tempat menjual motor curian. Ada beberapa tempat lagi di daerah tapal kuda. Pasuruan dan Probolinggo. Dari penyidikan yang kami lakukan pada pelaku  curanmor yang tertangkap, dua kawasan tersebut juga menjadi jujugan menjual motor bodong tersebut,” tandas Jumhur.

Menurutnya, warga kawasan pedesaan yang akses jalannya tidak bagus sangat membutuhkan sarana transportasi yang mudah dan murah. Pilihannya adalah motor bodong. Hal itu didukung dengan stigma masyarakat yang menganggap membeli motor bodong adalah hal yang wajar. Stigma ini tidak hanya dianut oleh masyarakat Madura tetapi juga sebagian warga tapal kuda.

Sekarang pola komplotan mereka berbeda. Mereka beraksi hanya dengan 2-3 orang saja. Itupun mereka sering berganti pasangan dalam aksi. Masing-masing pelaku memilih dan berganti partner yang berbeda dalam aksinya. 


KBP Arbaridi Jumhur, Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur dalam Forum Group Diskusi Wawasan Series: Curanmor Meresahkan, Aksi Kita Menentukan yang digelar di Hal Suara Surabaya Center, Rabu, 4 Juni 2025.-Suara Surabaya Media-

Termasuk penadah yang juga mengalami pergeseran. Diakui Jumhur ada pihak yang memang biasa menampung hasil curian. Berapapun jumlahnya. Beberapa nama penadah yang berafiliasi dengan sindikat pelaku curanmor sudah berhasil diamankan.

Tapi tidak semua pelaku curanmor melarikan hasil curiannya ke penadah tersebut. “Saya pernah ditelepon salah satu korban yang kehilangan motor. Dia menginformasikan motornya dijual di marketplace Facebook (FB). Begitu kita pancing, ternyata sudah laku. Dan nomor langsung tidak bisa dihubungi,” papar Jumhur lagi.

Tidak semua pelaku punya niat untuk beraksi. Beberapa kasus curanmor terjadi tanpa ada niatan pelaku. Murni karena ada faktor keteledoran korban. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: