Penurunan BI Rate: Implikasi pada Investasi dan Sektor Riil

ILUSTRASI Penurunan BI Rate: Implikasi pada Investasi dan Sektor Riil.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Dengan penurunan BI rate, jumlah uang beredar diperkirakan akan terus meningkat pada bulan-bulan berikutnya. Selain itu, biaya pinjaman yang lebih rendah memberikan insentif bagi pelaku usaha untuk ekspansi, membangun fasilitas baru, dan meluncurkan proyek.
Konsumen pun terdorong mengambil kredit konsumtif seperti KPR dan kredit kendaraan, yang meningkatkan permintaan domestik. Kenaikan konsumsi dan investasi itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Dalam konteks tekanan eksternal dan perlambatan global, kebijakan pelonggaran suku bunga menjadi stimulus efektif bagi sektor riil.
Penurunan BI rate berperan penting dalam meningkatkan efisiensi investasi, tecermin dari membaiknya indikator seperti ICOR (incremental capital output ratio) dan ILOR (incremental labor output ratio). Suku bunga yang lebih rendah mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi.
Jika investasi itu mampu menghasilkan output yang signifikan, ICOR akan menurun –menandakan penggunaan modal yang lebih efisien dalam mendorong pertumbuhan. Makin rendah ICOR, makin sedikit tambahan modal yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas produksi.
Di sisi tenaga kerja, meningkatnya permintaan akibat ekspansi usaha akan memperbaiki ILOR, menunjukkan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Artinya, kebijakan moneter itu tidak hanya mendorong pertumbuhan, tetapi juga memperbaiki produktivitas faktor produksi.
Lebih dari sekadar kebijakan jangka pendek, penurunan BI rate adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan memperkuat struktur ekonomi nasional.
Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian, kombinasi peningkatan investasi dan konsumsi domestik menjadi motor utama pertumbuhan.
Penurunan suku bunga perlu dipahami sebagai langkah strategis dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional, mendukung penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan efisiensi sumber daya.
Sinergi antara kebijakan moneter, fiskal, dan reformasi struktural akan menentukan seberapa luas manfaat dari suku bunga rendah bisa dirasakan masyarakat. (*)
*) Atik Purmiyati adalah dosen FEB Uniar dan bendahara Laboratorium Pengembangan Ekonomi Pembangunan ( LPEP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: