Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (2): Drama Berlanjut di Sheffield

Mushonnifun Faiz Sugihartanto, bertandang ke Manchester Business School, selepas menemui calon supervisor S3.--
HARIAN DISWAY - Tak pernah terbayangkan bahwa jalan terjal perjalanan memperjuangkan S3 di Finlandia ini membawa saya terbang ke Inggris. Bertemu langsung dengan calon pembimbing S3 di Sheffield, Manchester, dan Birmigham.
”Al-Ilmu yu’taa wa laa ya’tii”. “Ilmu itu didatangi, bukan ilmu yang mendatangi. Begitulah kata-kata ulama yang begitu saya ingat, ketika saya menerima official letter dari University of Sheffield untuk mengikuti program Pre-Doctoral Training.
Kalau dihitung sejak pertengahan 2020, berarti tahun tersebut saya memasuki tahun ketiga dalam perjuangan melanjutkan sekolah S3. Barangkali Allah belum rida kepada perjuangan saya yang ”hanya” melalui email. Sehingga akhirnya bahkan di last minute diterima di program ini untuk langsung menemui sumber dari ilmu itu ke tanah Britania Raya.
Mushonnifun Faiz Sugihartanto bersama anak dan istri di dekat housing mereka di Helsinki kala musim dingin--Mushonnifun Faiz S
BACA JUGA:Cerita Diaspora dari Marisa Tania (3): Jurnalis di Ujung Runway
Pada 27 Oktober 2022 saya memulai program Pre-Doctoral Training Bridging Course yang diselenggarakan di English Language Training Center (ELTC), University of Sheffield.
Selama dua bulan tersebut, saya menerima berbagai macam pelatihan terkait proposal riset. Saya diberikan banyak waktu untuk menghubungi calon supervisor. Bertemu, bahkan memperbaiki proposal penelitian saya.
Namun, ternyata, sekalipun sewaktu itu saya menggunakan email Sheffield, email saya pun tak kunjung dibalas oleh calon supervisor. Bahkan sudah hampir tiga minggu saya di sana, belum ada balasan.
Sementara ke-13 teman-teman saya yang lain ada beberapa yang sudah bertemu intens. Bahkan sudah ada yang menjalani interview. Jadi ternyata drama ini masih berlanjutkah?
BACA JUGA:Cerita Diaspora dari Marisa Tania (4): Beyond the Runway; Cerita dari San Francisco
Saya pun mengomunikasikan hal ini ke koordinator program sambil meminta bantuan dia menghubungi calon supervisor. Setelah menunggu sekitar tiga minggu, akhirnya dia membalas. Kami berjanji untuk bertemu. Saya menemuinya di Sheffield University School of Management.
Pertemuan berlangsung cair. Dia tertawa ketika saya berkata bahwa saya menghubunginya berkali-kali dari Indonesia tapi tak ada responsnya. Lantas dia menunjukkan email di inbox-nya kepada saya, dan ada ribuan email yang masuk dan belum dibacanya. Dari situ saya sadar, ternyata calon supervisor saya yang satu ini benar-benar sibuk.
Selama di Inggris, saya juga mengambil kesempatan untuk bertemu secara on-site dengan calon supervisor dari universitas lain. Kebetulan tutor saya di ELTC mengizinkan saya untuk izin beberapa hari karena saya butuh pergi menemui beberapa calon supervisor dari universitas yang tertarik dengan proposal riset saya.
Beberapa di antaranya sudah saya email saat di Indonesia. Namun, ketika saya di sana, saya mengabarkan jika saya di Inggris hingga akhir Desember. Dua orang merespons yaitu dari University of Manchester dan University of Birmingham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: