Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (3): Mewujudkan Visualisasi Novel

Seperti dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2, Mushonnifun Faiz Sugihartanto sempat ke Edinburgh dan mengunjungi University of Edinburgh.--Mushonnifun Faiz Sugihartanto
Membaca novel fiksi adalah hobi saya saat kecil. Beberapa di antaranya berkisah tentang perjalanan menuntut ilmu di tanah Eropa. Belasan tahun sebelumnya kota-kota tersebut hanyalah ada dalam angan. Tak disangka saya menapakkan kaki di kota yang sempat hanya terdapat dalam angan.
”Sure Lof, it’s Edensor” – percakapan Ikal dalam buku berjudul Edensor, karya Andrea Hirata itu menjadi nyata dalam kehidupan saya. Sembari menjalani program Pre-Doctoral Training pada weekday, selagi di Inggris, saya tidak melewatkan kesempatan untuk travelling saat weekend.
Bahkan tak hanya Edensor. Ada London dan Edinburgh, tiga kota yang pernah tervisualisasikan melalui novel yang saya baca belasan tahun silam itu akhirnya saya jajaki. Itu menjadi bagian perjalanan panjang yang penting menuju ke Finlandia, tempat saya menempuh pendidikan S3 saat ini.
BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (8): Menang Desain Logo Indonesia–Turkiye
Menikmati English Tea di Edensor Tea Cottage, Mushonnifun Faiz Sugihartanto seperti mereka ulang gambaran novel yang dibacanya pada 2007.--Mushonnifun Faiz Sugihartanto
Ya, hidup saya seperti mimpi yang terwujud. Lima belas tahun sebelumnya atau pada 2007, saat itu masih duduk di bangku MTs, saya pergi ke Malang Islamic Book Fair. Di antara tumpukan buku, saya melihat tetralogi Laskar Pelangi. Saya meminta papa membelikan buku itu untuk saya.
Bergegas saya lahap buku itu dalam beberapa hari saja. Pikiran saya terbang dari tanah Napoleon hingga tanah Elizabeth. Hingga akhirnya baru dua hari setelah datang ke Sheffield, salah seorang teman saya kuliah S1 dulu di ITS yang kebetulan sedang melanjutkan S2-nya di London datang berkunjung dan berkata: ”Iz, kenapa kamu nggak ke Edensor? Dekat loh dari Sheffield”.
Saya tercengang kaget. Daya ingat saya waktu itu masih bercampur antara kisah Arai dan Ikal dalam novel Sang Pemimpi yang melukiskan tanah Prancis, sehingga saya berpikir Edensor adalah nama desa di Perancis.
BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (6): Bertualang Menjelajah Paris di Bawah Tanah
Bareng rekan-rekan dosen program Pre-Doctoral Training Program di Edensor.--Mushonnifun Faiz Sugihartanto
Saya langsung membuktikan sendiri menggunakan aplikasi Google Maps di smartphone. Ah, benarlah. Ternyata Edensor hanya sekitar satu jam perjalanan dari Sheffield.
Hari itu datang. Pada 6 November 2022, lima belas tahun setelah hanya bisa melukiskan Edensor dalam angan, akhirnya saya menjejakkan kaki di sana.
Ternyata Edensor jauh lebih indah dari apa yang dilukiskan Andrea Hirata dalam novelnya. Suasana rumah penduduk yang berselang seling di antara jerejak pohon yang tumbuh, jalanan setapak yang berkelok-kelok, ditambah kedai teh tempat orang-orang bersantai. Saya terpana, dilanda dejavu, seakan menembus lorong waktu. Saya terlempar ke sebuah negeri khayalan yang telah lama terekam dalam ingatan.
BACA JUGA: Cerita Diaspora dari Mohammad Rozi (3): Tinggalkan PNS Demi Better Job
Tak hanya Edensor. Saya mengingat sebuah novel lain yang saya baca tiga tahun setelahnya atau pada 2010. Judulnya Negeri 5 Menara. Tulisan Ahmad Fuadi itu menceritakan kisah enam sahabat yang bermula dari pondok. Mereka bereuni berpuluh tahun silam di London. Tepatnya, di sebuah tempat yang bernama Trafalgar Square.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: