Efek Patah Hati pada Otak

Ada banyak penelitian yang membuktikan bahwa ketika sepasang kekasih diberikan tugas yang sama, fMRI atau mesin pemindai otak menunjukkan bahwa gelombang otak mereka benar-benar sinkron.

Namun, ketika percobaan yang sama dilakukan dengan dua orang asing, fMRI tidak menunjukkan hal yang sama seperti sepasang kekasih.

BACA JUGA:Mengenal Hubungan Parasosial Antara Penggemar dan Idola

Seseorang yang putus cinta memiliki ribuan sirkuit saraf yang telah dikonstruksi untuk pasangannya.

Maka, ketika hubungan asmara yang terjalin lama kandas, setiap sirkuitnya akan direkonstruksi untuk menggantikan hilangnya pasangan dari hidupnya. Yang membuat Anda merasakan sakitnya kehilangan seseorang.

Kehilangan seseorang yang Anda cintai memiliki efek pada saraf Anda.-d-keine-iStock

Otak dan tubuh Anda benar-benar menyadari saat Anda telah kehilangan pasangan. Kadar kortisol, hormon yang mengatur respons tubuh terhadap stres, meningkat drastis.

BACA JUGA:Alasan Wanita Cenderung Lebih Nyaman Menjalin Hubungan dengan Pria yang Lebih Tua

Sistem saraf Anda merasa terancam karena Anda kini tertinggal sendirian. Karena manusia adalah makhluk sosial, saat Anda sendirian, Anda akan merasa tidak aman. Anda merasa gelisah karena belum terbiasa dengan kesendirian.

Selama putus cinta, orang cenderung melewati proses berduka atau stages of grief. Hal itu mencakup penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan yang terakhir penerimaan.

Beberapa orang justru mencoba untuk menghidupkan kembali hubungannya dengan memikirkan masa-masa baik dan buruk. Kemudian berimajinasi apa yang terjadi jika hubungan tetap berlanjut.

BACA JUGA:Tantangan, Strategi, dan Pertimbangan untuk Menjalani Hubungan Pacaran Beda Agama

Inilah yang menciptakan perasaan terjebak dan tidak bisa move on untuk melanjutkan hidup.

Patah hati merupakan salah satu pengalaman buruk yang membebani Anda. Di saat-saat seperti itu, penting bagi Anda untuk memiliki support system yang bisa menolong Anda dari keterpurukan. (*)

*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.

Sumber: verywellmind.com