Eksotika Bromo 2025, Ruwat Rawat Segoro Gunung Ingatkan Pentingnya Merawat Lingkungan

Eksotika Bromo 2025, Ruwat Rawat Segoro Gunung Ingatkan Pentingnya Merawat Lingkungan

Musik daul Madura meramaikan Eksotika Bromo 2025. Mereka tampil pada hari pertama dan kedua, 21-22 Juni 2025.-Wahyu Suhendra-

PROBOLINGGO, HARIAN DISWAY - Lautan Pasir Gunung Bromo. Derap kaki penari menciptakan debu halus di tiap hentakan. Panggung terbuka yang menyajikan efek visual alami. 

Dalam Eksotika Bromo yang digelar selama dua hari, 21-22 Juni 2025, berbagai penampil hadir dan menunjukkan kreasinya masing-masing.

Pada hari kedua, salah satu penampilnya adalah gabungan seniman dua kota. Mereka membawakan tari godril, tari khas Lumajang.

BACA JUGA:Workshop Fotografi Eksotika Bromo 2025: Memotret Alam, Budaya, dan Kesadaran

Rata-rata penarinya berusia belia. Berasal dari dua sanggar tari: Sanggar Sekar Arum (Lumajang) dan Sanggar Tari Seruni (Surabaya).

Biasanya, tari godril ditarikan secara berpasangan. Tari itu kerap digunakan sebagai hiburan. Namun, godril dalam Eksotika Bromo ditampilkan oleh 28 penari perempuan dengan hanya dua penari laki-laki.

"Kami sebut kreasi tari godril. Tari dari Lumajang yang juga diiringi gending Jawa Timuran. Fungsi tari godril selain untuk hiburan, juga sebagai sarana untuk mempererat pergaulan di kalangan masyarakat," ujar Heni Kisworini, koreografer tari godril tersebut.


Tari godril khas Lumajang dibawakan dua sanggar tari dari Lumajang dan Surabaya dalam Eksotika Bromo 2025.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Eksotika Bromo 2025: Sumatera Barat dengan Tari Piring, Jambi dengan Tari Basale khas Suku Anak Dalam

Gerak tarinya cukup sederhana tapi unik. Membutuhkan kelenturan tubuh. "Dalam kreasi godril ini, gerakannya tidak begitu susah. Berbeda dengan yang asli. Harus berpasang-pasangan dan harus menemukan chemistry," ujar Intan Ayu Putri Fadhilah, salah seorang penari. 

Ada pula penampil dari Madura. Dengan musik khasnya: daul. Pada hari pertama, tampil musik daul dari kelompok Daul Desa Padelegan. Sedangkan hari kedua, giliran kelompok Daul Pamekasan yang tampil.

Firmansyah, ketua Ikatan Musik Daul Pamekasan, mengapresiasi ajang Eksotika Bromo yang mewadahi ekspresi seni lokal. Seperti musik daul dari Madura.

BACA JUGA:Eksotika Bromo 2025: Di Balik Jenakanya Reyog Cemandi, Ada Kisah Perlawanan Ponpes Panjang Jiwo terhadap Penjajah

"Berkat adanya ajang positif seperti Eksotika Bromo ini, kelompok-kelompok daul di Pamekasan mulai bertumbuh. Berdasarkan data dalam Ikatan Musik Daul Pamekasan, telah terdapat lebih dari seratus kelompok," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway