Menko Muhaimin Hadiri Hari Guru Tokoh Tasawuf Dunia di Surau Qutubul Amin Depok

SUASANA ziarah akbar jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah.-istimewa-
”Sejak 1999, Ayahanda Guru setelah hijrah dari Qutubul Amin Medan ke Qutubul Amin, Arco, Duren Seribu, Depok, ini, beliau mengawai menggelar Hari Guru di surau ini,” kata Surya Atmadja. Ayahanda Guru, sebutan lazim jamaah tarikat itu terhadap Mursyid Maulana Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya MA MSc.
Guru Mursyid itu melazimkan Hari Guru tersebut merupakan hari ziarah akbar bagi segenap murid tarekat di bawah bimbingannya, yang tersebar di Indonesia maupun negara-negara lain di dunia.
”Sesuai amanah beliau, kami sebagai anak murid wajib melazimkan ziarah akbar memperingati Hari Guru ini,” imbuhnya.
Tahun ini murid-murid tarikat Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya yang dari luar negeri juga ikut datang berziarah Hari Guru. Mereka, antara lain, berasal dari Inggris, Malaysia, Singapura, Australia, termasuk Amerika Serikat.
”Pimpinan surau-surau negara serumpun Malaysia juga ikut hadir,” jelas Abangda Suroso, khadam Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, era tahun-tahun menjelang akhir hayat sang mursyid itu.
Momen tersebut sekaligus memperingati hari akbar para ahli silsilah Tarekat Naqsyabandiyah Khalidyah yang ilmunya bernasab dari Nabi Muhammad SAW diturunkan ke Sayyidina Abu Bakar.
Hingga kemudian, pada tahun 1952, Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dinisbatkan sebagai ahli silsilah ke-35 oleh guru-guru tarikat yang pernah berkhidmat di Jabal Qubais, Makkah.
Keilmuan tokoh tasawuf itu diakui dunia mampu mengilmiahkan tasawuf. Pengakuan itu termasuk oleh Presiden Pertama RI Ir Soekarno.
Bahkan, awal ’80-an, guru mursyid yang dilahirkan dari keluarga tarekat di Padangsidempuan, Sumut, pada 20 Juni 1917 itu mampu membuktikan energi teknologi Al-Qur’an dapat meredam bencana letusan Gunung Galunggung, Jawa Barat.
Sebagai cendekiawan yang juga ahli atom, Prof Dr Kadirun Yahya di era Presiden Ke-2 RI Soeharto selain memperoleh sederet bintang jasa sebagai pejuang kemerdekaan RI, juga sebagai penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Setelah mendirikan Surau Qutubul Amin di Arco, Kecamatan Bojongsari, Depok, sang Guru Mursyid menjadikan tempat majelis dzikrullah itu menjadi pusat itikaf atau suluk selama 10 hari yang diselenggrakan setiap bulan.
”Sejak Ayahanda Guru berlindung (berpulang ke rahmatullah, Red) tahun 2001, suluk yang diamanahkan beliau, alhamdulillah dapat rutin dilaksanakan setiap bulan,” ungkap ketua majelis silaturahmi SQA itu.
Peserta suluk biasanya bisa lebih dua ratus jamaah. Mereka tidak hanya dari Jabodetabek atau wilayah Pulau Jawa. Termasuk Kalimantan, Sumbar, Sumut, maupun Sulawesi. Tetapi, ada juga yang dari luar negeri.
”Jamaah asal Malaysia juga paling rajin,” kata Abangda Suroso Surya Atmadja.
Muhaimin hadir bersama istri bukan kali pertama. Hari Guru 2021. Kali ini ia didampingi mantan Kakorlantas Polri Irjen Pol (purn) Istiono, fungsionaris SQA, dan Ketua Yayasan SQA Ir Sinar Yudha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: