Nadin dan Baskara: Suara Sunyi dari Generasi yang Tak Lagi Percaya Segalanya Baik-Baik Saja

Nadin dan Baskara: Suara Sunyi dari Generasi yang Tak Lagi Percaya Segalanya Baik-Baik Saja

analisis lirik lagu Nadin Amizah dan Hindia, dampak musik Nadin dan Baskara terhadap kesehatan mental, tema perjuangan dalam karya Nadin Amizah, pendekatan dokumenter dalam musik Hindia. [email protected]

HARIAN DISWAY - Di tengah riuhnya dunia yang menuntut segalanya terlihat kuat dan sempurna, dua musisi Indonesia muncul membawa bahasa yang berbeda. Mereka tidak berteriak lantang, tidak juga menyihir lewat lirik manis yang menjanjikan mimpi tanpa luka.

Namun, justru karena itulah, Nadin Amizah dan Baskara Putra (Hindia) menjadi suara paling jujur dari generasi yang lelah. Mereka adalah pelantun sunyi yang mengubah luka menjadi bahasa, dan kekosongan menjadi jeda yang dipeluk.

Nadin Amizah, dikenal lewat karya-karya seperti Bertaut, Sorai, dan Cermin, mengangkat tema keluarga, tubuh, kehilangan, dan perempuan muda yang berjuang mencintai dirinya sendiri.

BACA JUGA: Ekoterapi, Alam Sebagai Obat Masalah Kesehatan Mental

Lirik-liriknya kerap mengingatkan pendengar bahwa tidak semua harus sempurna untuk menjadi berarti. Dalam konsernya, Nadin pernah berkata, “Aku tidak tumbuh untuk menjadi bunga kesayangan semua orang.” Sebuah kalimat sederhana, namun berhasil membungkus rasa yang selama ini tak pernah berhasil dijelaskan oleh banyak orang.

Di sisi lain, Baskara Putra hadir sebagai Hindia dengan pendekatan yang nyaris dokumenter terhadap kehidupan urban. Lagu-lagunya seperti Secukupnya, Evaluasi, dan Rumah ke Rumah tidak menawarkan pelarian dari kenyataan, melainkan mengajak pendengarnya menatap realitas—bahwa rasa hampa, takut gagal, dan tidak baik-baik saja adalah bagian dari hidup yang sah untuk diakui.

BACA JUGA: Diskusi Impact Circle, Bahas Kesehatan Mental Pelajar Dalam Dunia Pendidikan

“Istirahatlah, karena kau tak sedang baik-baik saja,” adalah kalimat yang ia sampaikan di panggung maupun lagu, dan menjadi penanda bahwa ia memahami letih yang tak terucapkan.

Keduanya, dalam bentuk yang berbeda, menyampaikan hal yang serupa: rasa sakit tidak untuk disembunyikan, tetapi untuk diterima dan didengarkan.

Bukan hal yang aneh bila banyak pendengar merasa mereka “diselamatkan” oleh lagu-lagu ini. Bukan karena mereka menjanjikan akhir yang bahagia, tetapi karena mereka mengakui bahwa penderitaan itu nyata dan valid.

BACA JUGA: 4 Risiko Kesehatan Mental yang Mengintai di Balik Ketenaran Para Selebritas

Saat media sosial dijejali dengan pencitraan sempurna, musik Nadin dan Baskara menawarkan tempat berlindung yang hening dan jujur.


Nadin Amizah, dikenal lewat karya-karya seperti Bertaut, Sorai, dan Cermin. [email protected]

Banyak yang mengaku bahwa mereka menangis diam-diam saat mendengar lirik-lirik itu, seolah untuk pertama kalinya ada yang berkata, “Aku mengerti kamu.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: