Leviathan, Anime Bertema Perang yang Punya Kisah Mendalam

Leviathan, Anime Bertema Perang yang Punya Kisah Mendalam

Dunia kelam dan laut mencekam di anime baru Leviathan. --Netflix

HARIAN DISWAY — Di tahun 1914, perang besar meletus bukan hanya antara bangsa, tapi antara dua filosofi teknologi: Darwinists dari Inggris membawa makhluk-makhluk hasil rekayasa biologis ke medan perang, sementara Clankers dari Jerman menurunkan mesin raksasa berkaki seperti monster mekanik.

Tapi yang paling menggugah dari Leviathan, adaptasi anime dari novel trilogi karya Scott Westerfeld, bukanlah teknologi atau fantasinya. Yang paling menyentuh justru kisah manusianya.

Studio Orange (pembuat Trigun Stampede) dan Qubic Pictures (Eden) membawa semesta Leviathan hidup dalam bentuk anime. Dan sejak detik pertama lagu tema karya maestro Joe Hisaishi mengalun, ada janji yang terasa: ini bukan sekadar anime perang. Ini kisah tentang persahabatan lintas kasta, tentang harapan di tengah kehancuran.

Kita bertemu dua tokoh utama dari dunia yang berlawanan. Pangeran Aleksandar von Hohenberg dari Austria, pewaris yang kabur karena keluarganya dibunuh.

BACA JUGA:Ninjutsu, Taijutsu, dan Genjutsu, Ini Dia Perbedaan 3 Jenis Jurus di Anime Naruto

BACA JUGA:Mengapa Hiatus Sering Terjadi di Dunia Manga dan Anime?


Dylan Sharp karakter utama dalam anime Leviathan. --Anime News And Update

Dan seorang gadis Inggris yang menyamar jadi laki-laki bernama “Dylan” Sharp demi bisa bergabung dengan militer dan terbang bersama Leviathan — paus terbang raksasa, simbol kebanggaan Angkatan Udara Darwinists.

Takdir mempertemukan keduanya di Pegunungan Alpen, di tengah reruntuhan dan salju. Dan sejak itu, dunia tak lagi sama.

Yang membuat Leviathan terasa spesial adalah caranya merajut berbagai pengaruh besar — dari Mobile Suit Gundam hingga Turn A Gundam, dari Howl’s Moving Castle hingga Anne of Green Gables — tanpa menjadi salinan. Justru ia menapak jejak itu untuk menemukan suaranya sendiri

Seperti ketika Count Volger menampar Alek dalam adegan yang mengingatkan pada momen legendaris Amuro Ray, tapi konteks emosinya tetap baru dan menggugah.

BACA JUGA:Marvel Tokon: Fighting Soul, Kombinasi Epik Superhero Rasa Anime

BACA JUGA:Dereten Karakter Sampingan Anime yang Mencuri Spotlight

Sharp sendiri adalah karakter menawan. Ia cerdas, berani, dan punya latar identitas yang kompleks. Sebagaimana Loran dari Turn A, ia bergulat dengan penyamaran dan realitas gender di dunia yang keras.

Hubungannya dengan Dr. Nora Barlow pun menjadi titik cerah: dua perempuan yang bertahan di dunia lelaki dengan kecerdasan dan tekad.

Secara teknis, Studio Orange menunjukkan taringnya. Visualnya memukau, perpaduan CGI dan animasi yang halus. Memang ada momen ketika sinkronisasi bibir dan gerakan kain terasa kurang pas, tapi cerita dan emosi mengalahkan kekurangan teknis itu dengan mudah.

Yang juga patut dipuji adalah dubbing Inggris-nya. Tak banyak nama besar, tapi justru itu membuat tampilannya terasa segar. Broghanne Jessamine sebagai Sharp dan Michelle Lukes sebagai Barlow menyajikan dinamika suara yang kuat dan otentik, mengangkat dialog menjadi lebih hidup dan hangat.

BACA JUGA:5 Seri Anime Terbaru yang Siap Menggebrak Juli 2025

BACA JUGA:3 Karakter Anime dan Game Ini Kemungkinan Jadi Kurban di Iduladha

Di tengah dunia yang terus dipecah oleh ideologi dan konflik, Leviathan menjadi pengingat bahwa kemanusiaan sering kali lebih kuat dari batas negara.

Ini bukan hanya anime perang — ini adalah kisah tentang keberanian, harapan, dan pilihan untuk memahami satu sama lain. Sebuah mahakarya perang modern yang layak disejajarkan dengan anime-anime legendaris lainnya. Dan paus terbangnya? Luar biasa. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: