Ombudsman Jatim Terima 15 Laporan Dugaan Maladministrasi SPMB 2025

Kantor Ombudsman Jatim di Surabaya.-Ombudsman Jatim-Ombudsman Jatim
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur mencatat ada 15 laporan masuk terkait pelaksanaan Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (SPMB) tahun 2025 untuk tingkat SMPN dan SMAN/SMKN di wilayah Jawa Timur.
Laporan tersebut berasal dari berbagai daerah, mulai dari Surabaya, Gresik, hingga Blitar.
Isinya pun beragam — mulai dari keluhan soal sistem pemeringkatan jalur prestasi yang dinilai tidak transparan, diskriminasi terhadap siswa difabel, sampai adanya dugaan pungutan liar dalam proses seleksi.
Kepala Perwakilan Ombudsman RI Jawa Timur, Agus Muttaqin, mengatakan bahwa laporan ini terus bertambah meski proses seleksi belum selesai sepenuhnya.
“Hingga Selasa, 1 Juli 2025, kami sudah menerima 15 laporan dari masyarakat,” ujar Agus. Semua laporan kini sedang diperiksa lebih lanjut untuk diteliti kebenarannya.
BACA JUGA:Jangan Sampai Ketinggalan! Hari Ini Pemenuhan Kuota SPMB Jatim Dibuka
BACA JUGA:68.411 Murid Baru Diterima di Tahap 1 SPMB Jatim 2025 untuk Jenjang SMA/SMK.
Jalur Prestasi Olahraga hingga Diskriminasi Siswa Difabel, Ini Rincian Laporan Masuk
Beberapa kasus yang dilaporkan antara lain:
- Dugaan ketidaktransparan sistem pemeringkatan jalur prestasi olahraga di Surabaya.
- Tidak konsistennya penerapan jalur domisili di beberapa SMPN di Gresik.
- Permintaan uang saat pendaftaran sekolah.
- Diskriminasi terhadap calon siswa difabel di Kota Pasuruan pada jalur afirmasi SMK.
Kepala Perwakilan Ombudsman Jatim Agus Muttaqin-Istimewa-
Selain itu, ada juga pengaduan dari orang tua murid di Blitar yang mempertanyakan hasil pengumuman SPMB.
Mereka merasa anaknya layak diterima karena memiliki prestasi juara 1 tingkat kota, namun tidak lolos seleksi.
Padahal, jalur prestasi tidak menyediakan masa sanggah, sehingga sulit bagi wali murid untuk mengajukan protes resmi.
“Ada laporan dari Blitar soal tidak adanya masa sanggah di jalur prestasi. Wali murid heran karena anaknya tak diterima, padahal punya sertifikat juara 1 tingkat kota,” jelas Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: