ARTJOG 2025: Tubuh, Kata, dan Ruang Bertemu dalam Tubuh Kolektif Seniman

ARTJOG 2025: Tubuh, Kata, dan Ruang Bertemu dalam Tubuh Kolektif Seniman

ARTJOG 2024-Exhibition View-Julian Abraham 'Togar'-Ruang Elok Sarat Tempo. --ARTJOG

HARIAN DISWAY – Ketika malam jatuh di Yogyakarta, panggung ARTJOG 2025 mulai bersinar. Bukan sekadar pameran karya rupa statis—pada edisi kali ini, ARTJOG mengundang lebih dari 70 seniman pertunjukan yang akan menghidupkan ruang galeri dengan suara suara, gerak, dan dialog.

Pelangi talenta hadir: dari maestro kontemporer seperti Agus Suwage yang sudah lama menjadi ikon dunia seni rupa, sampai kolektif muda eksperimental seperti Mishka Fathina Dewanto.

Namun pada kesempatan ini, perhatian lebih mengarah ke nama-nama yang mewakili pendekatan artistik baru yang mencampur eksplorasi bahan, ruang, dan teknologi—Agnes Hansella, Julian Abraham Togar, dan Trio Muharam.

Agnes Hansella dikenal luas lewat eksplorasi makrame raksasa yang sempat menghiasi tebing Bali dan pameran di berbagai kota dunia. Seniman asal Jakarta ini menggunakan tali dan simpul sebagai bahasa tubuh—setiap ikatan menjadi metafora tentang hubungan manusia dengan alam.

BACA JUGA:Performa ARTJOG 2025 Hadir dalam Format yang Lebih Terbuka dan Interaktif

BACA JUGA:Kementerian Ekraf Beri Apresiasi pada Pameran Seni ARTJOG sebagai Wujud Ekonomi Kreatif


ARTJOG 2024-Exhibition View-Agnes Hansella-A Message to You. --ARTJOG

Karyanya yang besar, lembut, dan penuh detail sering menjadi titik meditasi dalam pameran. Pada ARTJOG 2025, Agnes menjanjikan kejutan: instalasi berskala ruang yang bisa disentuh, bahkan dijelajahi secara fisik oleh pengunjung. Seni tak lagi hanya dilihat, tapi dialami.

Sementara itu, Julian Abraham Togar, seniman yang dikenal lewat eksplorasi teknologi dan suara, kembali hadir di ARTJOG dengan pendekatan khasnya: menciptakan karya yang berada di antara seni, sains, dan sosial.

Togar adalah seniman yang berani membongkar definisi 'instalasi' dengan mengubah galeri menjadi laboratorium bunyi, ruang eksperimentasi, atau bahkan habitat hidup. Karyanya di masa lalu seperti grapycall machine dan the pensive image menyodorkan refleksi kritis atas relasi tubuh, ruang, dan teknologi.

Di ARTJOG tahun ini, ia dikabarkan bekerja sama dengan ilmuwan suara dan komunitas lokal untuk menciptakan pameran yang mengajak pendengar mengamati suara yang kerap tak terdengar.

BACA JUGA:ARTJOG Kids Mengajak Anak Belajar Lewat Seni, Bukan Sekadar Menggambar

BACA JUGA:ARTJOG 2025 Jadi Amalan Seni Bagi Seniman dan Sarana Menumbuhkan Kemanusiaan

Trio Muharam menjadi representasi seniman kolektif yang menggabungkan arsip budaya, performativitas, dan kritik sosial. Mereka aktif mengolah isu-isu lokal—dari cerita rakyat, praktik ritual, hingga narasi minoritas—menjadi seni yang tidak hanya estetis, tapi juga politis.

Di ARTJOG 2025, mereka akan menghadirkan pertunjukan yang bersifat partisipatif, mengajak pengunjung tidak hanya sebagai penonton tapi juga pelaku. Menggabungkan musik, narasi, dan gerak tubuh, mereka membuka ruang percakapan yang terasa intim namun penuh makna.

Menghadirkan gelombang kolaborasi dan intensitas baru, ARTJOG 2025 menjanjikan ruang-ruang performatif selama hampir setiap hari penyelenggaraan, dari durational performance hingga interaksi dengan pengunjung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: