Membaca Warisan Budaya Lewat Karya Mahasiswa DFT PCU di Innofashion Show 2025

Naomee Annetta Sidharta menciptakan koleksi busana bertajuk “Metánoia: Shedding, Evolving, Becoming”. Terinspirasi dari metamorfosis kupu-kupu sebagai simbol perubahan dan kebangkitan. --Humas PCU
HARIAN DISWAY - Kain tradisional Indonesia tak pernah kehilangan pesonanya. Ia hidup dalam setiap jalinan benang dan motif yang sarat makna.
Namun di tangan anak-anak muda kreatif, warisan itu justru menemukan bentuk-bentuk baru yang tak kalah memesona.
Seperti yang tampak dalam Innofashion Show 2025 bertema Illumine yang digelar oleh mahasiswa Textile and Fashion Design (DFT) Petra Christian University.
BACA JUGA:PCU Luncurkan Magister Desain untuk Cetak Inovator Phygital Masa Depan
Tak sekadar peragaan busana, acara itu menjadi panggung eksplorasi. Sebuah ruang bagi mahasiswa untuk berani bermain dengan konsep, material, dan filosofi.
Deadstock yang biasanya dibuang, disulap jadi gaun pesta. Kain tenun yang dulu identik dengan kesan kuno, kini tampil dengan potongan kekinian. Bahkan, aksesori logam lokal disatukan dalam rancangan avant-garde yang menyerupai patung.
Sebagian karya mahasiswa akhir DFT (Desain Fashion dan Tekstil) PCU yang dipamerkan dalam Innofashion Show 7 dengan tema --Humas PCU
Prisca Miracle Cokro tampil memikat lewat koleksi Blossom of Heritage. Ia mengawinkan tenun Bugis bermotif pucuk dengan material denim dan jacquard.
BACA JUGA:Siap Cetak Dokter Gigi Masa Depan, FKG PCU Dilengkapi Fasilitas Canggih dan Kurikulum Inovatif
Ujung kain yang dibuat bergelombang, seperti kelopak bunga mekar, menjadi simbol pertemuan antara tradisi dan semangat muda Gen Z.
Isabella Dea Rengelia menghadirkan Endless, koleksi untuk perempuan petite. Ia ingin membuktikan bahwa tinggi badan tak jadi penghalang tampil memukau.
Dengan batik bledak remekan Solo sebagai bahan utama, Dea menyuguhkan potongan feminin dan elegan yang mempertegas proporsi pemakainya.
BACA JUGA:Dosen PCU Komentari #KaburAjaDulu, Wujud Keresahan Anak Muda, Antara Realita dan Harapan
Sementara itu, Vina Marcellina berusaha menghidupkan kembali popularitas kain lurik lewat Luriqe: Heritage in Line.
Dengan desain blazer semi-formal beraksen patchwork dan detail 3D, koleksinya terasa berani namun tetap berkelas.
Naomee Annetta Sidharta menyuarakan keresahan industri lewat Metanoia: Shedding, Evolving, Becoming. Terinspirasi dari metamorfosis kupu-kupu, ia mengubah deadstock menjadi busana yang punya nyawa baru. Sebuah ajakan agar fashion tak lagi melulu soal tren. Tapi juga keberlanjutan.
BACA JUGA:Screening Dokumenter Mahasiswa PCU di CGV Surabaya, Usung Tema Yang Terpinggirkan
Jessica Dorothy Limanta memilih jalur yang lebih eksperimental. Karyanya menggabungkan busana dengan aksesori logam buatan tangan UMKM Sidoarjo, Nio El. Desain avant-garde miliknya menjadi perwujudan siklus hidup manusia: rapuh, kuat, indah, dan tenang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: