Sengketa Panjang Kamboja dan Thailand: Rebutan Kuil Suci, Rakyat Dicekam Ketakutan

IBU DAN ANAK meringkuk ketakutan di tempat pengungsian di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja, 25 Juli 2025.-TANG CHHIN SOTHY-AFP-
Di saat-saat seperti itu, siapa lagi yang akan menanggung akibatnya kalau bukan rakyat?
Roket menghantam sebuah pom bensin di Kantharalak, Thailand, menewaskan enam orang. Salah satunya adalah anak laki-laki berusia delapan tahun yang pagi itu datang hanya untuk membeli minuman ringan.
Di Surin, dua roket BM-21 milik Kamboja menghantam kawasan sipil Thailand. Termasuk sebuah rumah sakit. Ledakan memicu kepanikan. Warga berlarian mencari perlindungan, sementara anak-anak sekolah dievakuasi bersama guru dan orang tua mereka.
Tinggal sekitar 7 hingga 8 kilometer dari perbatasan, Komsan Jaipeng, dihantam rasa takut oleh dentuman pertama yang terdengar pagi itu. Pemilik bengkel motor di Surin itu pun memutuskan untuk tidak pulang. Bersama sang istri, ia memilih mengungsi demi keselamatan, membawa serta tas darurat berisi pakaian dan pengisi daya yang telah ia siapkan sejak sebulan terakhir.
BACA JUGA:Mengenal Sengketa Kuil Preah Vihear, Akar Konflik Bersenjata Thailand-Kamboja
“Saya harap ini segera selesai,” ujarnya seperti dikutip CNN, 24 Juli 2025.
Di sisi lain perbatasan, di desa Sa Em, Kamboja, petani bernama Chhan Rorn Yon memilih bertahan. Ia menyaksikan tetangganya mengungsi ke pagoda. Tapi, baginya, ladang miliknya adalah rumah yang tak bisa ia tinggalkan.
“Saya sangat khawatir bahwa ledakan bom dan peluru akan membunuh kami,” katanya kepada CNN. “Saya tidak ingin mengalami hal ini… Saya sangat khawatir. Saya khawatir untuk rakyat, anak-anak saya, kerabat saya, dan terutama untuk pasukan yang bertempur,” tambahnya.
Dalam laporan AFP, 25 Juli 2025, warga lain dari kawasan perbatasan Kamboja mengungkap kecemasannya. “Saya tinggal sangat dekat dengan perbatasan. Kami takut karena mereka mulai menembak lagi sekitar pukul 06.00 pagi,” kata Pro Bak, warga tersebut.
Kementerian Dalam Negeri Thailand menyatakan bahwa ledakan senjata dan artileri itu merenggut 14 nyawa dan melukai 46 lainnya. Kebanyakan warga sipil.
WARGA KAMBOJA MENGUNGSI di Provinsi Oddar Meanchey, Kamis malam, 24 Juli 2025. Mereka takut pertempuran pecah lagi.-TANG CHHIN SOTHY-AFP-
Di tengah kepanikan, pemerintah mendirikan hampir 300 titik penampungan untuk mengevakuasi lebih dari 100 ribu penduduk di wilayah perbatasan.
Seluruh pos perbatasan ditutup. Bukan sekadar langkah keamanan, tapi juga pernyataan politik yang tegas. Perdamaian belum datang, karena senjata belum diam.
Di sisi Kamboja, korban jiwa belum diumumkan. Namun, pasukan tetap dikerahkan penuh. Perdana Menteri Hun Manet bahkan meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan darurat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: