Suriah Bentuk Komite untuk Selidiki Bentrokan Mematikan di Sweida

Seorang warga mengangkat papan bertuliskan "We don’t want war… We want life" saat aksi damai di Sweida, Suriah, menyusul bentrokan mematikan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang pada Juli 2025. --AFP
HARIAN DISWAY – Pemerintah Suriah resmi membentuk komite penyelidik untuk mengusut bentrokan berdarah di Provinsi Sweida yang menewaskan ratusan orang pada pertengahan Juli lalu.
Keputusan ini diumumkan lewat dekrit yang diresmikan Menteri Kehakiman Muzher al-Wais pada 31 Juli 2025.
Dalam dekrit yang dikeluarkan, Kementerian Kehakiman menyatakan bahwa pihaknya berupaya mengungkap keadaan dan kondisi yang memicu peristiwa tersebut.
Mereka juga akan menyelidiki serangan dan pelanggaran terhadap warga negara dan menyerahkan pelakunya ke pengadilan.
Komite tersebut beranggotakan tujuh orang, terdiri dari empat hakim, dua pengacara, dan seorang pejabat militer.
Mereka diberi waktu tiga bulan untuk menyelidiki penyebab kekerasan, memverifikasi laporan pelanggaran terhadap warga sipil, serta menyeret pelaku yang terbukti terlibat ke pengadilan.
BACA JUGA:Sweida Kembali Bergejolak, WHO: Akses Medis Terhambat, Korban Terus Bertambah
Langkah ini diambil setelah meningkatnya tekanan publik atas lambatnya respon pemerintah terhadap salah satu insiden sektarian paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir.
Bentrokan di Sweida pecah pada 13 Juli 2025 laly dipicu oleh perselisihan antara kelompok pejuang suku Badui Suriah dan kelompok Druze. Pasukan pemerintah sempat diterjunkan untuk mengendalikan situasi, namun justru gagal meredam kekerasan.
Pertumpahan darah kian memburuk ketika Israel turut melancarkan serangan terhadap pasukan Suriah dengan dalih melindungi komunitas Druze. Serangan tersebut memperkeruh situasi yang sudah memanas di lapangan.
BACA JUGA:Perang Antar Suku di Sweida, Suriah Telan 1.100 Orang Korban Jiwa
BACA JUGA:Lebih dari 700 Orang Tewas dalam Konflik Sweida, Israel Sebut Minoritas di Suriah Tidak Aman
Wilayah Sweida sendiri mayoritas dihuni oleh komunitas Druze, namun juga menjadi tempat tinggal sejumlah suku Badui Sunni. Ketegangan antara kedua kelompok ini sudah berlangsung lama, terutama terkait konflik lahan dan perebutan sumber daya.
Pertempuran sengit di kota Sweida dan sekitarnya berlangsung hampir sepekan. Gencatan senjata baru berhasil dicapai setelah adanya mediasi dari Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: