One Piece

GAMBAR logo Jolly Roger dalam serial anime One Piece di jalanan Surabaya. -JPNN-
Dalam kasus One Piece memang terasa ironis menjadikan bajak laut sebagai idola. Namun, itulah realitas sosial yang terjadi di sekitar kita. Masyarakat mengalami krisis idola.
Tidak ada lagi tokoh masyarakat yang bisa dijadikan panutan dan role model. Maka, ketika masyarakat membutuhkan pahlawan dan idola, mereka lari kepada bajak laut.
Bajak laut adalah perompak yang menjarah kapal-kapal yang lewat di lautan. Mereka dianggap sebagai pengacau, orang marginal, dan outcast yang terpinggirkan. Namun, semua atrubusi negatif itu tidak menghalangi ratusan juta orang untuk menjadikan bajak laut sebagai idola.
Pada komunitas Jolly Roger para bajak laut itulah, ditemukan nilai-nilai kejujuran, kebebasan, dan kesetiakawanan. Nilai-nilai itu sudah sangat langka dalam realitas kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai tersebut hanya menjadi slogan dan retorika yang diucapkan dengan gegap gempita selama masa kampanye saja.
Menghadapi fenomena One Piece, aparat pemerintah tidak perlu baper dan berlagak seolah-olah paling nasionalis. Negara tidak perlu lebay dengan memakai pendekatan kekuasaan untuk mengancam rakyat yang mengibarkan bendera One Piece.
Rakyat berhak memilih idolanya sendiri. Negara tidak punya hak sama sekali untuk menentukan siapa yang harus menjadi idola.
Banyak anak muda yang memakai kaus oblong dan topi bergambar Che Guevara atau Mao Zedong. Mereka melakukannya karena tidak menemukan idola dan pahlawan yang sesuai dengan ekspektasi mereka. Ketika mereka membutuhkan idola, pilihan jatuh kepada dua tokoh komunis itu.
Kita banyak menyaksikan orang memakai kaus bergambar wajah para politikus. Mereka memakainya bukan karena kagum, apalagi menjadikan politikus itu sebagai idola. Mereka mendapat kaus itu gratis –plus amplop sogokan– saat kampanye pemilu legislatif dan eksekutif.
Fenomena bendera One Piece menjadi kontroversi dan banyak mendapat reaksi dari banyak pejabat. Mereka berkomentar dan mengancam, seperti tidak ada pekerjaan lain yang lebih urgen.
Untunglah, Presiden Prabowo Subianto sudah menegaskan bahwa pengibaran bendera One Piece tidak perlu dipermasalahkan. Ia menganggapnya bagian dari kreativitas masyarakat.
Mungkin Prabowo ingat semboyan di bus kota, ”Sesama Bajak Laut Dilarang Saling Mendahului”. Hidup bajak laut. Merdeka! (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: