Londo Ireng sang Penjajah Sejati

ILUSTRASI Londo Ireng sang Penjajah Sejati.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
”KONDISI negeri ini gawat, Mas,” tutup Sukidi dalam percakapan via telepon beberapa waktu lalu. Sudah lama saya tidak bertukar kabar dengan intelektual alumnus Harvard University itu. Sukidi sering menawarkan gagasan kritis untuk menyelamatkan republik dari berbagai anasir yang membahayakan masa depan.
Kritik Sukidi itu selaras dengan pendahulunya, Ahmad Syafii Maarif, yang kerap mengingatkan pentingnya menjaga bangsa dan negara ini dari kerapuhan. Buya Syafii Maarif mengkritik praktik kolonialisme yang dipraktikkan warga pribumi. ”... lagi-lagi kekuasaan dijadikan tujuan tertinggi. Inilah penguasa londo ireng yang berlagak santun tetapi hati nuraninya telah lama lumpuh....”
Kutipan itu khas Buya Syafii. Thok Leh, begitu warga di sekitar saya menyebutnya. Buya mengkritik kondisi kebangsaan yang compang-camping, ruwet, rusak, dan gawat. Pasalnya, pemimpin terpilih sering kali tidak menjadi dewa keadilan. Mereka malah menjadi londo ireng, penjajah yang perilakunya lebih bengis daripada londo yang sebenarnya.
MERUSAK REPUBLIK
Londo ireng itulah yang merusak tatanan republik. Ia berlagak santun, tetapi hatinya dipenuhi kebencian kepada banyak orang. Kebencian itulah yang terus menggerus cita kemanusiaan dan keadaban.
Kebencian telah menginspirasi mereka untuk berkuasa, memaksa kehendak, dan menganggap semua orang sampah. Ia berkuasa dan bisa melakukan apa saja. Mengeruk semua hajat hidup rakyat. Kalau perlu, rakyat dijadikan hamba untuk memuaskan nafsu berkuasanya.
Nafsu berkuasa itulah yang membuka tabir gelap. ”Jika engkau ingin tahu sifat asli seseorang, berilah ia kekuasaan”. Ya, kekuasaan akan membuka topeng keculasan seseorang. Kekuasaan telah mengubah untuk tidak menyebut membuka topeng keburukan yang selama ini tertutup rapat.
Seseorang seketika berubah saat mendapat jabatan baru. Jiwa malaikat yang mungkin selama ini tertampil seketika berubah menjadi setan yang siap memangsa dan menyesatkan siapa saja.
Kondisi itu pernah diparodikan dengan apik oleh Andhika Pratama dan Surya Insomnia. ”Sur, kok lu terlihat pendek. Kalau sudah berkuasa itu melihat semua jadi kecil,” kira-kira itu obrolan Lord Andika dan Surya di Lapor Pak, sebuah acara di stasiun TV Trans7.
Saat itu Andhika mendapat promosi jabatan. Ia pun akhirnya semena-mena kepada temannya. Teman dekat yang dulu sering membantunya pun tak pernah dianggap lagi.
Ya, itulah potret londo ireng jika mendapat kekuasaan, ia akan menghabisi teman sendiri. Bahkan, ia tidak ingat lagi dari mana berasal. Teman yang dihabisi itu pun dulu yang banyak menyelamatkan karier, sebelum ia kini mendapat kursi kekuasaan.
Maka, mungkin benar pemeo politik yang selama ini ada di dalam masyarakat, ”tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi”.
KELUMPUHAN NARASI
Benar kata Abraham Lincoln, kekuasaan dapat menunjukkan watak asli seseorang. Kekuasaan membuka topeng yang selama ini disembunyikan. Orang yang sedang berkuasa sering kali lupa bahwa ia sampai pada posisi sekarang itu karena banyak yang dukung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: