Perlu atau Tidak? Mengupas Fenomena Skin Fasting di Dunia Kecantikan

HARIAN DISWAY - Di era kecantikan yang sudah semakin luas, mulai dari 10 steps skincare ala Korea hingga penggunaan berlapis-lapis serum, muncul sebuah fenomena baru yang justru berkebalikan dengan tren sebelumnya, skin fasting.

Tren ini mengajak orang-orang untuk berhenti sejenak dari rutinitas skincare yang panjang, memberi kesempatan kulit untuk beristirahat dan bernapas secara alami.

Apa Itu Skin Fasting?

BACA JUGA: 6 Bahan Aktif Skincare untuk Tiap Permasalahan Kulit

Skin fasting pertama kali diperkenalkan oleh brand Jepang Mirai Clinical dan semakin populer setelah banyak dibahas di media sosial. --Pinterest

Skin fasting pertama kali diperkenalkan oleh brand Jepang Mirai Clinical dan semakin populer setelah banyak dibahas di media sosial, khususnya di TikTok dan Instagram. Istilah ini merujuk pada puasa skincare, yaitu mengurangi atau menghentikan sementara penggunaan produk kecantikan yang kompleks. 

Prinsipnya cukup sederhana, yakni kembali ke dasar. Alih-alih menggunakan banyak serum, toner, atau essence, skin fasting hanya fokus pada produk dasar seperti pembersih wajah, pelembab, dan tabir surya. Tujuannya adalah memberi ruang bagi kulit untuk menyeimbangkan fungsinya secara alami.

Ada beberapa alasan mengapa banyak orang yang tertarik dengan tren skin fasting ini, terutama bagi generasi muda:

BACA JUGA: Skincare ingredients yang Sebaiknya Dihindari Pemula: Kenali Kulit, Hindari Risiko

1. Kulit Lelah dengan Banyak Produk

Menggunakan terlalu banyak bahan aktif membuat kulit mudah iritasi. Skin fasting membantu untuk mengurangi resiko iritasi pada kulit yang disebabkan oleh bahan aktif yang terkandung dalam skincare.

2. Mengetahui Produk yang Benar-Benar Dibutuhkan

BACA JUGA: Minimalist Skincare vs 10-Step Routine: Mana yang Lebih Efektif untuk Kulit Sehat?

Dengan mengurangi skincare, akan dapat diketahui produk mana saja yang benar-benar memberikan efek yang positif pada kulit.

Sumber: