Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (3): Perjuangan Atasi Lidah yang Rindu

SUASANA STASIUN Jianguomen, rabu, 20 Agustus 2025. Stasiun itu berada di sudut barat laut Jianguomen Diplomatic Residence (DRC) Beijing.-Doan Widhiandono-
Pendamping dari CIPCC juga mengajak kami mendaftarkan nomor handphone lokal. Pun ke bank. Untuk tukar duit. Tim CIPCC bilang, proses pendaftaran rekening ke bank setempat perlu waktu sekitar 2-3 pekan. Karena itu, kami diminta menyiapkan duit sendiri dulu untuk hidup, sampai nomor rekening Tiongkok beres.
Nah, dengan duit itulah kami membeli kebutuhan pokok sehari-hari. Salah satunya tentu makanan.
’’Kamu memasak sendiri?” tanya kawan dari Nepal.
’’Enggak, jawab saya. Selama ada 7 Eleven, saya aman…” jawab saya.
HARIAN DISWAY (paling kiri) bersama para jurnalis peserta program CIPCC yang berlangsung hingga Desember 2025.-Dokumen Pribadi-
Memang, di pekan pertama ini saya begitu bergantung pada toko kelontong modern yang terletak di sisi barat kompleks apartemen ini. Walaupun, akhirnya, muncul ’’perintah’’ dari tanah air. Lebih baik belanja kebutuhan pokok dan masak sendiri. Lebih hemat, bunyi ’’perintah’’ itu…
’’Saya pingin beli beras basmati,’’ kata kawan dari Bangladesh. ’’Beras Tiongkok terlalu lembut dan lengket,’’ tambahnya.
’’Saya coba memasak, eh, nasinya jadi berkerak. Gosong. Lengket semua di panci,’’ ujar wartawan dari Timor Leste.
Anda sudah tahu, beras basmati itu panjang bulirnya. Enggak lengket. Kemepyar, kalau orang Jawa bilang. Di Indonesia, nasi kebuli memakai beras itu.
Bagi sebagian jurnalis, makanan memang krusial. Bisa menentukan kerasan atau enggaknya mereka di Tiongkok. Ya, hati yang kangen kadang bisa ditahan. Tapi lidah yang kangen, tak jarang harus dipuaskan…
Seperti dibilang Direktur CIPCC Yu Lei, para jurnalis itu memang diharapkan benar-benar bisa membaur jadi ’’warga’’ Beijing. Tidak hanya soal makanan. Tapi juga tentang aktivitas harian.
’’Keluarlah. Enjoy Beijing. Kota ini indah dan besar sekali,’’ kata Yu Lei. Maka, dalam brifing awal program CIPCC, peserta diberi tahu bahwa mereka diharapkan bisa merasa at home.
Dalam program sebelumnya, bulan lalu, seorang jurnalis Bulgaria sampai berkata. ’’Apakah kita kangen rumah? Bagaimana bisa kangen rumah ketika kita sudah merasa bahwa Tiongkok adalah rumah kita. Sebagian dari diri kita sudah menjadi bagian dari Tiongkok…” Sangat menyentuh.
Maka, ada banyak hal yang bisa dilakukan agar bisa menjadi penduduk Beijing. Tidak hanya soal makanan. Tapi juga aktivitas hariannya. Bepergian dengan kereta bawah tanah, menyewa sepeda, nongkrong di street market, ikut senam di taman-taman kota. Masih banyak waktu untuk itu. Sangat banyak…
Semuanya memang selaras dengan pepatah lawas. Di mana langit dipijak, di situ langit dijunjung. When in Rome, do as Romans do. 入乡随俗 (rù xiāng suí sú) …
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: