Kisah Korban Selamat dari Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Harus Diamputasi saat Proses Evakuasi

Kisah Korban Selamat dari Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Harus Diamputasi saat Proses Evakuasi

Nur Ahmad, korban selamat reruntuhan Ponpes Al Khoziny, tengah terbaring saat dijenguk oleh dr Aaron.-Boy Slamet-Harian Disway -

Bangunan empat lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny roboh pada Senin, 29 September 2025. Ratusan santri terjebak di bawahnya. Sebagian lainnya berhasil diselamatkan, termasuk Nur Ahmad, santri berusia 16 tahun asal Surabaya Utara. Lengan kirinya remuk tertindih puing dan terpaksa diamputasi saat proses evakuasi.

—-

Kala itu, ratusan santri sedang salat asar. Tiba-tiba, langit-langit jatuh. Tiang beton pecah. Dinding runtuh. Teriakan teredam oleh debu tebal. Udara pengap. Bau beton hancur bercampur debu. 

Ada ratusan santri yang tertimbun bangunan Ponpes Al Khoziny. Tubuh mereka tertahan reruntuhan bangunan. Di antara korban yang tertimbun, ada Nur Ahmad. Lengan kirinya terjepit beton besar. Remuk. Darah tercecer di sekitarnya. Sudah berjam-jam ia terjebak. Napasnya pendek. Wajahnya pucat. 

BACA JUGA:3 Jenazah Korban Ambruknya Ponpes Al Khozini Berhasil Teridentifikasi, Semua Warga Surabaya

BACA JUGA:Korban Tewas Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Bertambah Jadi 36 Orang, 27 Masih Dicari

“Waktu rakaat kedua. Jadi, pas rukuk tiba-tiba jatuh. Enggak tahu lagi di sebelah ada siapa. Enggak kelihatan mukanya,” kenang santri asal Surabaya Utara itu saat ditemui Harian Disway di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo pada Sabtu, 4 Oktober 2025.

Saat tim evakuasi menemukan Ahmad, kondisinya kritis. Suaranya terdengar parau. Kalau tidak segera dievakuasi, keadaan bisa berubah menjadi lebih buruk. Tapi untuk mengevakuasi, harus memotong beton. Prosesnya butuh waktu lama.

Tinggal dua opsi tersisa. Pertama, tunggu alat berat untuk mengangkat beton, baru evakuasi. Risikonya? Ahmad bisa kehabisan darah dan oksigen. Opsi kedua, amputasi langsung di tempat. On site. Tanpa ruang steril. Tanpa meja operasi. Hanya dengan cahaya senter dan peralatan darurat.

BACA JUGA:Spensa Kirim Doa untuk Ponpes Al Khoziny, Saat Menang di JRBL!

BACA JUGA:Pembersihan Puing Ponpes Al-Khoziny, Kepala BNPB Sebut Korban Kemungkinan Bertambah

Pilihan pun jatuh pada yang kedua. Spesialis ortopedi RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo dr Larona Hydravianto memberi komando. Ia tak bisa masuk karena ruang sempit. Yang bisa masuk adalah dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang. 

Maka, ialah yang merayap dan menyelamatkan Ahmad. Sendirian. Di belakangnya, dr. Farouq Abdurrahman siap memberikan anestesi. Di ujung lorong, Larona menjadi otak dari segala tindakan.

Proses evakuasi itu dikonfirmasi oleh Direktur Utama RSUD RT Notopuro Sidoarjo dr Atok Irawan. Ia mengatakan, langkah amputasi harus diambil karena lengan korban tertimbun bahan bangunan dan mulai mengalami pembusukan.

BACA JUGA:Pembersihan Puing Ponpes Al-Khoziny, Kepala BNPB Sebut Korban Kemungkinan Bertambah

BACA JUGA:Identifikasi Korban Ambruk Ponpes Al-Khoziny, Keluarga Harus Segera Lapor!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: